Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua saham emiten produsen nikel di tanah air, yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) masih berseri di akhir perdagangan hari ini. Mengutip RTI, saham ANTM ditutup menguat 6,28% ke level Rp 1.110 per saham. Harga saham INCO menguat 3,63% ke level Rp 4.280 per saham.
Dalam sepekan perdagangan, kedua saham ini juga sudah memberi return yang positif. Saham INCO menguat 2,15% sementara ANTM menguat 15,18%. Bahkan, sejak awal tahun, kedua saham ini telah mencetak keuntungan yang menggiurkan, yakni 17,58% untuk INCO dan 30,95% untuk ANTM.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, kedua saham ini masih dalam fase uptrend. Untuk level support ANTM berada di harga Rp 1.020 sementara level support INCO berada di level 4.200. William menyebut, pergerakan kedua saham ini memang nampak direspons positif oleh pasar terkait adanya wacana pembentukan konsorsium untuk membangun industri baterai berbahan baku nikel bersama dengan PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Seperti diketahui, sebagai salah satu anak usaha PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) atau MIND ID, ANTM mendapatkan kesempatan untuk menggarap sektor hilir.
Baca Juga: Prospek Aneka Tambang (ANTM) terpoles harga emas dan nikel
Terlebih lagi, harga saham ANTM dan INCO juga terangkat kabar mengenai Tesla, salah satu produsen mobil listrik terkemuka dunia, yang berencana membangun pabrik di Indonesia, tepatnya di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Mengutip pemberitaan, manajemen Tesla tertarik menanamkan modal lantaran Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia.
Sementara itu, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menyebut, pembentukan joint venture (JV) baterai listrik ini akan berdampak positif bagi saham INCO dan ANTM. Mengingat, kedua emiten ini merupakan produsen nikel terbesar di tanah air. Untuk jangka panjang, Sukarno menilai kedua saham ini masih prospektif.
Baca Juga: Per September 2020, produksi nikel Vale Indonesia (INCO) tembus 55.792 metrik ton