Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pelemahan rupiah menyebabkan beberapa emiten terpaksa menanggung beban selisih kurs. Tidak sedikit di antaranya yang mengalami kerugian yang cukup besar. Hal inilah yang diantisipasi emiten ritel PT Mitra Adiperkasa Tbk sampai akhir tahun. Hal ini disebabkan karena hampir 50% produk emiten berkode MAPI ini merupakan produk impor.
Tahun ini, menurut Corporate Secretary PT Mitra Adiperkasa Tbk Fetty Kwartati perseroan akan melakukan beberapa strategi untuk mengatasi risiko beban kerugian kurs ini. Pertama, perseroan akan melakukan strategi depreciation pass on ke selling price.
Terkait hal ini, perusahaan mematok buffer harga tertentu untuk masing-masing produk yang dijual. “Karena kurs tiap hari berubah, kami akan mematok buffer agar harganya stabil,” uajr Fetty kepada KONTAN. (28/5).
Nah, begitu ada barang baru, perseroan akan melihat berapa kurs yang ada dan disesuaikan buffer yang sudah dibuat. Nah, dengan mekanisme ini, perseroan mematok batas sampai kapan akan di pass on. “Jadi kalau misalnya rupiah terus melemah katakanlah sampai 14 ribu sampai 15 ribu. Di mana kita akan sulit untuk pass on lagi. Jadi bisa aja pass on tapi pertanyaannya ada yang beli nggak,” ujar Fetty.
Jika strategi ini diterapkan, Fetty memprediksi bakal ada pengaruh ke permintaan dan revenue kedepan. Oleh karena itu, strategi ini harus tepat diaplikasikan ke masing-masing produk. Perseroan dalam hal ini memilih masing-masing produk yang tepat untuk diterapkan strategi transfer pricing ini.
Strategi kedua adalah dengan memilih barang yang harganya diskon dari produsen. Nah, dengan hal ini maka perseroan bisa mematok harga yang sesuai dengan harga yang dikehendaki. “Jadi kan satu brand ini punya banyak seklai SGU (unit) dan banyak sekali model model. Selain itu memang kita punya opsi untuk memilih brand,” ujar Fetty.
Pada kuartal pertama tahun ini, tercatat perseroan mengalami kerugian selisih kurs sebesar Rp 3,1 miliar setelah sebelumnya masih positif. Faktor selisih kurs ini salah satu yang menyebabkan laba bersih perseroan mengalami penurunan sebesar 73,93% menjadi Rp 12,2 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News