Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beban avtur (bahan bakar jet) dan beban leasing pesawat jadi salah satu penyumbang terbesar total pengeluaran sejumlah emiten penerbangan. Sejumlah maskapai penerbangan telah menyiasati tekanan dengan kenaikan harga tiket dan tarif kargo.
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) misalnya, menggerek tarif tiket pesawat dengan sesuai dengan rute masing-masing pesawat. Vice President Corporate Secretary GIAA Ikhsan Rosan mengatakan bahwa soal tarif tiket pesawat disesuaikan dengan Peraturan Kementerian Perhubungan Nomor 14 tahun 2016.
"Jadi kami sesuaikan dengan peraturan tersebut yang mengatur agar tarif tiket pesawat tak boleh lebih dari batas atas maupun batas bawah. Dan itu tergantung rute penerbangannya," ujarnya kepada Kontan.co.id pada Kamis (6/2).
Sementara untuk tarif kargo, Ikhsan mengungkapkan bahwa pihaknya telah menaikkan tarif kargo yang berkisar dari 80% hingga 100%. "Jika sebelumnya rata-rata Rp 3.000 hingga Rp 4.000 per kilogram (kg) untuk satu kali penerbangan, kini jadi Rp 6.000 per kg untuk satu kali penerbangan," kata Ikhsan.
Menurut Ikhsan, tarif tiket pesawat dan kargo yang diberlakukan saat ini bertujuan untuk menutup beban operasional Garuda Indonesia.
Meskipun demikian, ia mengatakan bahwa sejauh ini belum ada penurunan permintaan untuk kargo. "Karena selama ini, pengiriman melalui pesawat dilakukan untuk pengiriman yang sifatnya urgensi atau perlu datang lebih cepat," paparnya.
Selanjutnya strategi lain untuk mengurangi beban operasional GIAA, dengan melakukan hedging bahan bakar dan menerapkan penggunaan bahan bakar yang efektif.
"Ada sebuah program penghematan bahan bakar yang kita pakai. Nah sistem tersebut bekerja di sana untuk mengatur volume air yang diangkut dalam pesawat, posisi badan pesawat yang ideal, pengaturan kecepatan pesawat hingga menerapkan regular maintenance program untuk mengendalikan tingkat keborosan mesin pesawat. Ini rangkaian upaya dari kami untuk hadapi kenaikan meminimalisir beban operasional," paparnya.
Sementara dari PT Airasia Indonesia Tbk (CMPP) masih menerapkan bagasi gratis untuk penerbangan domestik. Hal ini diungkapkan oleh Direktur Utama CMPP Dendy Kurniawan.
Ia mengatakan, meski AirAsia Indonesia dengan tiga maskapai tersebut masuk dalam kategori Low Cost Carrier (LCC), namun AirAsia tetap memberlakukan bagasi gratis untuk penerbangan domestik.
"Sejauh ini kebijakan mengenai bagasi kami masih tetap sama, di mana untuk penerbangan domestik harga tiket yang dibayarkan sudah termasuk bagasi tercatat gratis 15 kg," terangnya.
Sementara dari sisi kinerja keuangan, CMPP menargetkan pendapatan di tahun 2019 berada di kisaran Rp 6,5 triliun hingga Rp 7 triliun. "Sedangkan untuk target laba bersih berada pada kisaran Rp 200 miliar hingga 250 miliar," kata Dendy.
Untuk mencapai target tersebut, maka CMPP menyiapkan belanja modal (capex) sekitar Rp150 miliar di 2019. Adapun mayoritas dana tersebut akan digunakan untuk pembelian rotables spare part untuk pesawat dan computer hardware.
Selain itu, Dendy juga mengungkapkan bahwa di tahun 2019, pihaknya bakal menambah 3 unit pesawat baru. Adapun jumlah armada CMPP saat ini ada 24 pesawat Airbus A320, termasuk 8 pesawat yang dialihkan dari AirAsia X Indonesia (IAAX) pada kuartal keempat tahun lalu dan penambahan 1 pesawat di 2018.
"Di tahun 2019, kami menargetkan penambahan 3 pesawat, sehingga total armada akan menjadi 27 pesawat," tandas Dendy.
Sedangkan soal rencana membuka rute penerbangan baru, CMPP berencana untuk mendukung kesuksesan program pemerintah untuk mengembangkan pariwisata di 10 Bali Baru.
"Untuk rencana ini, kami berencana untuk membuka beberapa rute penerbangan langsung yang baru, terutama sehubungan dengan rencana kami untuk mengembangkan Lombok sebagai hub terbaru kami di Indonesia. Akan ada rute baru dari Lombok ke Bali, Perth, dan Yogyakarta. Selain itu ada juga beberapa rute baru lainnya yang saat ini masih dalam proses," katanya.
Lalu untuk target keterisian penumpang di 2019, CMPP mematok target di kisaran 84% hingga 85%. Sebagai perbandingan pada tahun 2018, CMPP mencatatkan tingkat keterisian pada kisaran 81%.
Sementara dari GIAA, Ikhsan belum bisa memberikan komentar soal rilis kinerja di tahun 2018 dan target di tahun ini. "Rilis kinerja 2018 sedang diaudit, sekitar akhir Maret 2019 baru dirilis," ujarnya.
Tapi sebelumnya Direktur Utama GIAA I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra pernah mengatakan bahwa pihaknya menargetkan untuk mencatat laba sebesar Rp 1 triliun di tahun 2019.
Salah satu strategi Garuda Indonesia adalah dengan menaikkan harga tiket. Sementara untuk penambahan rute baru, Ikhsan mengungkapkan pada bulan Maret mendatang pihaknya bakal bakal membuka satu rute baru untuk penerbangan Jakarta-Nagoya.
"Selanjutnya akan dibuka juga rute Jakarta-Istambul, Jakarta-LA via Seoul, Jakarta-Moskow dan Bali-Haneda," tambahnya.
Lalu soal penambahan armada baru, Ikhsan bilang di 2019 ini pihaknya bakal menambah satu unit pesawat baru tipe Airbush 330 neo. Sedangkan untuk rata-rata keterisian pesawat Garuda Indonesia diharapkan tetap berada di kisaran 74% hingga 75%.
"Angka tersebut merupakan rata-rata keterisian pesawat per tahun. Jadi untuk tahun ini, keterisian pesawat Garuda Indonesia masih dalam kisaran tersebut. Sementara untuk performancenya ditargetkan naik 91% di 2019 karena di 2018 mencapai 90%," tutup Ikhsan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News