Reporter: Benedicta Prima | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hasil Pemilu Amerika Serikat (AS) yang berlangsung sejak 3 November 2020 menunjukkan Joe Biden menang menjadi Presiden AS mengalahkan Donald Trump. Pelaku pasar sangat memperhatikan pemilihan Presiden AS karena mempengaruhi kebijakan negara Paman Sam tersebut ke depannya.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, kemenangan Joe Biden membawa potensi perang dagang China dan AS mereda, dan ada harapan bahwa perang dagang Eropa dan Meksiko bakal berhenti. Kondisi ini cenderung membuat risiko pasar turun dan menurunkan volatilitas.
Hasil pemilu AS membuat mata uang yang paling volatile terhadap dolar AS seperti yen Jepang, rupiah dan won Korea bakal menguat. Potensi dana asing akan kembali masuk ke emerging market. Obligasi Pemerintah Indonesia juga berpotensi mendapatkan sentimen positif karena nilai tukar rupiah yang dianggap undervalue, biaya lindung nilai yang relatif rendah dan yield US Treasury masih akan tetap rendah.
"Hal ini cenderung membuat mata uang dunia menguat terhadap dolar AS termasuk yuan, euro dan tak tertinggal rupiah yang beberapa hari mengalami penguatan signifikan. Ini juga mendorong dana masuk ke aset berisiko di emerging market," jelas Hans, Minggu (8/11).
Baca Juga: Analis: Kemenangan Joe Biden bisa kerek inflow ke pasar modal Indonesia
Kemudian, lanjut Hans, Partai Republik diperkirakan masih akan mengontrol Senat AS dan Partai Demokrat mendorminasi DPR AS. Hal ini berpotensi menyulitkan Joe Biden dan Demokrat meloloskan kebijakan stimulus fiskal dalam jumlah besar.
Tertundanya kebijakan fiskal sangat mungkin mendorong Federal Reserve alias The Fed mengeluarkan kebijakan moneter yang lebih akomodatif. Tambahan stimulus moneter suku bunga rendah dalam jangka panjang karena terbatasnya stimulus fiskal, membuat ekonomi AS sulit cepat pulih. Hal ini menjadi keuntungan bagi pasar negara berkembang.
Kekuasaan Partai Republik di Senat AS juga diprediksi akan menghalangi perubahan kebijakan radikal di AS. Hal ini akan menyulitkan kenaikan pajak perusahaan dan individu, pengawasan perusahaan yang lebih ketat, memperluasĀ healthcare dan memerangi perubahan iklim dengan kebijakan green energy.
Hal ini merupakan kuncian yang baik terutama untuk pasar keuangan karena bila terjadi kenaikan pajak perusahaan valuasi saham menjadi mahal dan berpotensi mendorong pasar saham Amerika Serikat (AS) terkoreksi.
Hans menjelaskan, pasar saham dunia termasuk di Indonesia bakal menguat menyambut kemenangan Biden di awal pekan depan. Namun sesudah itu sangat rawan profit taking akibat kenaikan yang signifikan pada minggu lalu.
"Selain itu potensi sengketa politik di AS membawa peluang pelaku pasar melakukan aksi ambil untung. IHSG diprediksi bergerak di resistance 5.381-5.500 dan support di level 5.246-5.161," jelasnya.
Selanjutnya: Kata analis terkait aksi net buy asing di BEI dengan nilai jumbo sepekan terakhir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News