Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Virus corona (Covid-19) masih menjadi penyebab utama tekanan pasar. Dalam menghadapi kasus ini banyak negara yang melakukan karantina warga negaranya (lockdown), yang pada ujungnya bisa menyebabkan perlambatan ekonomi dunia.
Selain itu, harga minyak mentah dunia mencatat penurunan harian terbesar sejak Perang Teluk 1991. Sebab produsen utama Arab Saudi dan Rusia memulai perang harga dan mengancam akan membanjiri pasokan ke pasar minyak global.
Baca Juga: Imbas corona, triliunan dana asing menguap dari pasar saham Indonesia
Hal ini terjadi setelah Rusia menolak untuk mendukung OPEC mengurangi produksi minyak 1,5 juta barel perhari mulai April dan mengakhiri tiga tahun kerja sama pembatasan pasokan yang dilakukan selama ini.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan ini membuat pasar menjadi khawatir dan menunggu adanya stimulus fiskal dan moneter. Pada pekan ini, The Fed akan mengadakan rapat dan pasar berharap ada pemotongan suku bunga kembali agar bisa menahan laju penurunan pasar.
“Melihat kejatuhan Dow Jones, kepanikan pasar, kita perkirakan FOMC kali ini The Fed akan menurunkan kembali 25 basis poin,” jelas Hans kepada Kontan.co.id, Jumat (13/3).
Dengan harapan tersebut serta beberapa pengumuman dari Amerika Serikat (AS) yang akan memberikan stimulus, Hans memproyeksikan pekan ini pasar akan rebound termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dia memperkirakan IHSG support di level 4.850-4.639 dan resistance 4.937-5.040.
Baca Juga: Mengintip kekuatan IHSG pekan depan usai menguat di akhir pekan lalu
The Fed berencana menyuntikkan likuiditas ke dalam sistem perbankan. The Fed mengatakan akan meningkatkan operasi pendanaan overnight lebih dari US$ 500 miliar, lalu berencana menawarkan lebih banyak operasi repo senilai US$ 1 triliun, dan memperluas jenis sekuritas yang akan dibeli di pasar.
Federal Reserve Bank of New York memperkenalkan operasi repo baru pekan ini senilai US$ 1,5 triliun dan mulai membeli US Treasury beberapa tenor. The Fed akan mulai membeli obligasi Treasury di semua tenor, yang dimulai dengan obligasi 30 tahun. Kebijakan oleh The Fed ini memberikan sentimen positif pada pasar keuangan Amerika dan dunia.
Presiden AS Donald Trump berencana mengeluarkan stimulus fiskal berupa tarif pajak gaji 0% hingga akhir tahun, tetapi waktu penerapan kebijakan tersebut belum dapat dipastikan. Kepala Komite Keuangan Senat Senator Chuck Grassley mengatakan pemotongan pajak seperti itu harus dieksaminasi.
Dikabarkan anggota parlemen berpengaruh menolak keras rencana bantuan pajak gaji yang diusung pemerintah. Ketidakpastian seputar respons fiskal untuk mendorong pertumbuhan ekonomi akibat wabah korona mengecewakan pasar.
Baca Juga: Redam Penurunan IHSG, Dana Pensiun Masuk Pasar Mulai Pekan Depan
Pelaku pasar kecewa karena Gedung Putih belum merilis rincian respons fiskal terhadap virus korona. Insentif pajak potensial itu merupakan bagian dari paket pengeluaran senilai US$ 8,3 miliar yang telah ditandatangani Trump.
Pada hari Kamis (12/3) Bank Sentral Eropa (ECB) memutuskan tidak memotong suku bunga, berbeda dengan ekspektasi pasar. Hal ini mengecewakan pelaku pasar yang berakibat penurunan bursa saham di kawasan tersebut. Tetapi ECB mengumumkan sejumlah langkah untuk mendukung kredit perbankan, dan memperluas program pelonggaran kuantitatif (QE) sebesar € 120 miliar atau setara US$ 135,28 miliar.
Akhir pekan Bursa Amerika meghijau setelah Presiden Donald Trump mengumumkan keadaan darurat nasional. Langkah ini memberikan wewenang pemerintah untuk menggunakan dana federal untuk memerangi wabah virus corona. Trump mengatakan langkah itu akan "membuka akses hingga $ 50 miliar" dalam dana bagi negara bagian dan kota untuk mengatasi pandemi.
Selain itu pasar ekuitas AS juga reli ke level tertinggi satu sesi di penutupan setelah Presiden Donald Trump mengatakan 50.000 tes virus corona baru akan tersedia minggu depan.
Baca Juga: IHSG anjlok 10,75% dalam sepekan, ini wejangan dari Ketua OJK
IHSG merespon positif rilis kebijakan fiskal yang diperkenalkan pemerintah dan Bank Indonesia (BI). Otoritas moneter memangkas GWM valas dari 8% menjadi 4%. Sementara stimulus fiskal jilid dua sebesar Rp 22,9 trilun untuk membantu sektor manufaktur dan perdagangan.
Stimulus jilid dua berupa relaksasi empat jenis pajak yaitu pajak penghasilan (PPh) 21, PPh 22 Impor, PPh badan dan restitusi pajak pertambahan nilai. Pada stimulus jilid 1 pemerintah telah mengalokasikan Rp 10,2 triliun yang di fokuskan pada sektor yang terdampak langsung virus corona yaitu sektor pariwisata dan konektivitas.
“Dukungan kenaikan pasar Amerika, Eropa beserta berbagai stimulus lokal membuat kami perkirakan awal pekan IHSG akan bergerak positif,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News