Reporter: Nadya Zahira | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) rebound. Berdasarkan data Coinmarketcap, BTC naik 3,01% atau berada di level US$ 64.642 pada Jumat (19/4) pukul 14.00 WIB, dari sebelumnya anjlok di level US$ 62.241 pada Kamis (18/4) pukul 20.00 WIB.
Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengatakan, sentimen yang membuat harga Bitcoin kembali naik, salah satunya karena peristiwa halving yang rencananya akan berlangsung pada Sabtu (20/4).
Fyqieh mengatakan, dari sudut pandang teknikal, Bitcoin saat ini berada di area resistennya dan kembali dalam kondisi bullish. Ditambah, BTC telah mengalami kenaikan selama lebih dari tujuh bulan berturut-turut.
Kata Fyqieh, secara teknikal, Bitcoin saat ini berpotensi terus mengalami bullish dalam 1-2 minggu ke depan, karena ada sentimen besar yaitu Bitcoin halving ini.
“Meski kemarin sempat anjlok, tapi masih dalam kondisi bullish kalau dilihat dari aktivitas pengguna Bitcoin, inflow dana, dan lainnya. Penurunan kemarin hanya sentimen negatif sementara karena ada perang antara Iran dan Israel,” kata Fyqieh kepada Kontan.co.id, Jumat (18/4).
Baca Juga: Serangan Israel Mereda, Bitcoin Kembali Naik Ke Level US$ 64.000
Ia bilang, sentimen bearish mulai muncul saat ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel berlangsung, sehingga menjatuhkan harga BTC ke level terendah US$ 61.600. Menurutnya, kejadian ini juga memicu aksi jual Bitcoin yang tinggi di tengah arus masuk ke ETF Bitcoin spot AS yang terus mendorong pergerakan harga BTC.
“Dengan adanya isu geopolitik ini serta posisi Bitcoin yang berada di resisten, membuat Bitcoin mengalami penurunan dalam beberapa hari terakhir ini, bahkan sempat menyentuh hingga sekitar US$ 58.000,” imbuhnya.
Fyqieh mengatakan, penurunan harga Bitcoin tersebut bukan hal yang tidak terduga, karena BTC mengikuti tren historis menjelang halving mendatang. Bitcoin perlahan-lahan beralih dari fase Pre-Halving Rally ke fase Pre-Halving Retrace yang cenderung terjadi 28 hingga 14 hari sebelum peristiwa halving.
Dia menyebutkan, adanya fase tersebut mengakibatkan penurunan harga masing-masing sebesar 38% dan 20% pada tahun 2016 dan 2020.
"Sejarah Bitcoin menunjukkan penurunan besar-besaran sebelum berkurang separuhnya yang diikuti oleh reli besar-besaran," ujar Fyqieh.
Lebih lanjut, Fyqieh menuturkan, faktor penekan utama lainnya di balik penurunan harga Bitcoin adalah pasar kripto yang dipengaruhi oleh angka penjualan ritel Amerika Serikat yang lebih kuat dari perkiraan pada bulan Maret, sehingga memperkuat keyakinan bahwa The Fed tidak mungkin menurunkan suku bunga secara terburu-buru pada tahun ini.
Fyqieh memprediksi, harga Bitcoin secara jangka pendek bisa menyentuh ke level US$ 67.775. Namun, jika BTC bergerak dibawah harga US$ 60.000, maka Bitcoin bisa berpotensi turun ke US$ 58.000.
Sedangkan dalam jangka panjang, proyeksi harga Bitcoin masih menunjukkan potensi pertumbuhan menuju rekor tertinggi baru. Harga Bitcoin diproyeksikan bisa mencapai US$ 90.000 - US$ 100.000 dalam satu sampai dua tahun ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News