kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,64   6,79   0.75%
  • EMAS1.383.000 0,36%
  • RD.SAHAM 0.17%
  • RD.CAMPURAN 0.09%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.03%

Jangka Panjang, Emas Masih Berpotesi Terus Berkilau


Rabu, 03 Juli 2024 / 18:54 WIB
Jangka Panjang, Emas Masih Berpotesi Terus Berkilau
ILUSTRASI. An employee transports ingots of 99.99 percent pure gold in a workroom during production at Krastsvetmet precious metals plant in the Siberian city of Krasnoyarsk, Russia, May 23, 2024. REUTERS/Alexander Manzyuk


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga emas merespon positif sinyal pelonggaran kebijakan moneter ketat oleh Ketua The Fed, Jerome Powell. Logam kuning yang semakin berkilau saat suku bunga rendah berpotensi melemahkan dolar Amerika Serikat (AS).

Analis Deu Calion Futures (DCFX), Andrew Fischer melihat, meskipun dalam beberapa hari terakhir harga emas terlihat stabil, potensi kenaikan harga emas tetap ada. Analisis teknikal menunjukkan bahwa emas akan mengalami penguatan seiring dengan melemahnya dolar AS (USD).

“Tren pelemahan USD ini diprediksi akan berlangsung dalam jangka panjang, meskipun belum terlihat jelas dalam beberapa hari terakhir. Kami percaya bahwa setelah periode koreksi ini usai, harga emas akan melanjutkan tren kenaikannya,” ungkap Fischer dalam risetnya, Rabu (3/7).

Fischer memandang, pergerakan harga emas menunjukan kenaikan setelah pidato Powell tadi malam, Selasa (2/7). Powell menyatakan bahwa perekonomian AS semakin melambat, namun diperlukan lebih banyak data sebelum memangkas suku bunga.

Namun, emas kembali mengalami penurunan setelah rilis data JOLTS Job Opening yang meningkat di luar ekspektasi. Lapangan kerja di AS meningkat pada bulan Mei, namun menunjukkan penurunan berkelanjutan dalam kondisi pasar tenaga kerja.

Fischer menyebutkan, meskipun terjadi penurunan, harga emas masih berada di sekitar US$2.300 per ons troi. Penurunan ini terjadi karena kekhawatiran akan suku bunga AS yang tinggi, sehingga mendorong naiknya dolar dan imbal hasil US Treasury.

Baca Juga: Harga Emas Menguat Karena Pelemahan Dolar Menjelang Rilis Risalah Rapat The Fed

Perlu dicatat, emas cenderung bergerak terbalik dengan dolar AS. Sehingga ketika USD menguat, harga emas biasanya melemah. Namun, dengan proyeksi pelemahan USD dalam jangka panjang, emas diperkirakan akan mengalami penguatan.

Selain itu, analisis fundamental juga menunjukkan bahwa faktor-faktor ekonomi global akan memengaruhi harga emas. Ketidakpastian ekonomi, ketegangan geopolitik, dan kebijakan moneter bank sentral di seluruh dunia akan terus menjadi pendorong utama pergerakan harga emas.

Dalam jangka pendek, para pedagang harus memperhatikan data ekonomi AS, terutama yang berkaitan dengan pasar tenaga kerja dan inflasi, karena data tersebut akan memberikan petunjuk lebih lanjut tentang arah kebijakan suku bunga Federal Reserve.

“Meskipun harga emas mengalami volatilitas jangka pendek, tren jangka panjang masih mendukung kenaikan harga emas, seiring dengan pelemahan USD,” tambah Fischer.

Mengutip Tradingeconomics, Rabu (3/7) pukul 18.30 WIB, harga emas spot bertahan stabil di dekat US$2,330 per ons troi, setelah turun lebih rendah di sesi sebelumnya. Emas tepatnya menguat sekitar 0,66% dibandingkan hari sebelumnya ke level US$ 2.344 per ons troi.

Founder Traderindo.com Wahyu Triwibowo Laksono melihat, prospek emas masih bagus ke depannya karena pelaku pasar meyakini the Fed akan melunak terkait kebijakan suku bunganya. Walaupun secara umum Bank Sentral AS itu masih enggan memangkas suku bunga, tetapi ini hanya masalah waktu.

“Secara umum, outlook XAUUSD dalam jangka panjang dan menengah masih bullish atau naik,” kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Rabu (3/7).

Wahyu menambahkan, Dot Plot menunjukkan the Fed hanya akan pangkas suku bunga satu kali, berkurang dari proyeksi sebanyak tiga kali untuk tahun ini. Namun demikian, investor nampaknya telah mengesampingkan dampak tekanan dari Dolar AS tersebut yang diperkirakan akan melemah saat suku bunga dipangkas.

Di sisi lain, faktor konflik geopolitik Israel-Palestina dan juga Rusia-Ukraina tidak begitu berdampak terhadap pergerakan harga emas. Hal tersebut karena isu tersebut sudah diantisipasi termasuk peringatan Israel yang mengusir Palestina dari Khan Younis baru-baru ini.

“Kecuali bila ada krisis memburuk terkait serangan nuklir misalnya,” tutur Wahyu.

Menurut Wahyu, investor bisa menerapkan strategi Buy on Weakness terhadap emas. Komoditas logam mulia itu diperkirakan akan berkisar US$2.300 per ons troi – US$ 2.500 per ons troi di kuartal IV 2024.

Selanjutnya: BCA Syariah Perluas Jangkauan Pasar

Menarik Dibaca: 30 Ucapan Hari Bank Indonesia, Diperingati Setiap 5 Juli

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×