kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.286.000   8.000   0,35%
  • USD/IDR 16.722   0,00   0,00%
  • IDX 8.242   -33,17   -0,40%
  • KOMPAS100 1.150   -4,66   -0,40%
  • LQ45 842   -2,15   -0,25%
  • ISSI 285   -0,47   -0,16%
  • IDX30 441   -2,54   -0,57%
  • IDXHIDIV20 511   -0,99   -0,19%
  • IDX80 129   -0,47   -0,36%
  • IDXV30 136   -1,17   -0,85%
  • IDXQ30 141   -0,13   -0,10%

Jangan keburu nafsu memburu saham IPO


Kamis, 06 November 2014 / 07:24 WIB
Jangan keburu nafsu memburu saham IPO
ILUSTRASI. Pelabuhan Pivdennyi Ukraina telah menghentikan operasinya karena Rusia tidak mengizinkan kapal untuk memasukinya. Sergei Kholodilin/BelTA/Handout via REUTERS


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Hingga akhir tahun ini, pasar saham Indonesia sudah kedatangan 19 emiten baru. Para emiten tersebut berasal dari berbagai sektor, seperti jasa keuangan, infrastruktur, media hingga sektor transportasi.

Emiten teranyar adalah Blue Bird, yang kemarin (5/11) mencatatkan saham perdana (IPO) di BEI. Pada transaksi hari pertamanya, harga saham emiten berkode BIRD ini ditutup naik 14,62% menjadi Rp 7.450 per saham.

Tak ada gebrakan istimewa dari 19 emiten baru, termasuk BIRD. Di hari perdana Blue Bird 'bersarang' diBursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru terkoreksi 0,08% menjadi 5.066,83.

Secara umum, kinerja saham 19 emiten ini bervariasi. Saham Bali Towerindo Sentra (BALI) misalnya, mencetak return tertinggi sejak mencatatkan saham perdananya pada 13 Maret 2014, yakni melonjak 475%. Namun, saham ini kurang likuid. Adapula saham anyar yang jeblok. Contohnya, harga saham Eka Sari Lorena (LRNA), yang kemarin sudah merosot 71,33% sejak IPO.

Jhon Veter, Managing Director Investa Saran Mandiri menyarankan, investor tak terburu-buru membeli saham yang baru IPO. “Minimal tunggu dua tahun sehingga secara statistik terlihat pergerakan saham maupun fundamental perusahaan,” ujar dia, kemarin. Secara fundamental maupun teknikal, saham baru belum bisa dianalisa. Hal ini membuat proyeksi ke depan hanya berdasarkan asumsi.

Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menilai, return tinggi bukan berarti saham itu banyak diminati. “Bisa saja dibeli sendiri oleh pengelola dana sehingga harganya melonjak,” kata dia.

Untuk saham baru, Satrio tertarik Wijaya Karya Beton (WTON). Alasannya, sektor infrastruktur masih menjanjikan, mengingat pemerintah siap mempercepat pembangunan infrastruktur. 

Kepala Riset Mandiri Sekuritas John Daniel Rachmat, juga menyukai model bisnis WTON, tapi secara valuasi sudah cukup mahal. Satrio tidak merekomendasikan BIRD. Kinerja emiten transportasi akan tertekan  kenaikan harga BBM subsidi.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×