Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2020, sektor properti, real estate, dan konstruksi bangunan menjadi indeks sektoral dengan penurunan terdalam. Per Rabu (29/4), indeks ini anjlok 43,07% secara year to date (ytd).
Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo menilai, penurunan yang terjadi pada indeks sektor ini disebabkan oleh ekspektasi negatif investor. Para pelaku pasar melihat, tantangan sektor tersebut pada 2020 akan jauh lebih berat.
Mengingat, pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia akan melemahkan daya beli masyarakat atas aset properti. "Masyarakat akan fokus menggunakan dananya untuk membeli keperluan pokok berupa makanan. Masyarakat juga menahan pengeluarannya untuk jaga-jaga," ungkap dia saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (29/4).
Baca Juga: Summarecon Agung (SMRA) capai progres marketing sales 19% sepanjang kuartal I
Terlebih lagi, pemberlakuan pembatasan sosial berskala bersar (PSBB) di beberapa wilayah memaksa pengembang properti yang berbentuk mal dan perkantoran untuk menghentikan operasionalnya. Alhasil, pendapatan sewa para emiten berpotensi tertahan atau bahkan turun.
Bernada serupa, Analis MNC Sekuritas Muhammad Rudy Setiawan mengatakan, merebaknya Covid-19 di Indonesia menyebabkan marketing sales emiten properti dan real estate jadi tertahan.
"Selain karena ada risiko resesi akibat Covid-19, masyarakat saat ini juga lebih mementingkan dananya untuk konsumsi pangan," kata Rudy.
Untuk sektor konstruksi, kontrak baru para emiten yang bergerak dalam bisnis ini juga akan tertahan akibat pandemi Covid-19. Pasalnya, pemerintah saat ini tengah memprioritaskan penanganan virus corona dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur.
Baca Juga: Dato Sri Tahir tambah modal Bank Mayapada (MAYA) sebesar Rp 3,5 triliun
"Saham-saham emiten konstruksi juga terkoreksi dalam karena perolehan kontrak baru hingga Februari 2019 turun sangat signifkan, sebab belanja infrastruktur dialihkan ke penanganan pandemi," tutur Wisnu.
Menurut keduanya, nyaris semua saham dalam sektor ini menjadi pemberat pergerakan indeks. Mengingat, mayoritas harga saham-saham tersebut berada dalam tekanan.
Sebagai contoh, saham PT Waskita Karya Tbk (WKST) merosot 60,14% sepanjang tahun ini ke Rp 590 per saham, PT PP Tbk (PTPP) -59,56% ytd ke Rp 645, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) -57,17% ytd ke Rp 424, dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA) turun 51,67% ytd ke Rp 505 per saham.
Kedua analis ini melihat, harga saham-saham yang menjadi anggota sektor properti, real estate, dan konstruksi bangunan akan kembali terangkat apabila virus corona dapat teratasi sehingga membuat kondisi ekonomi pulih kembali.
Baca Juga: Kinerja Masih Terjaga Meski Diterpa Corona, Analis Kompak Rekomendasikan Buy LPKR
"Kalau sudah begitu, nanti pemerintah bisa mengeluarkan kebijakan untuk terus mendorong sektor ini. Misalnya dengan semakin mempermudah pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)," ucap dia.
Akan tetapi, hingga saat ini, jumlah kasus positif virus corona di Indonesia masih terus bertambah. Begitu pula dengan jumlah korban meninggal.
Oleh karena itu, Rudy menyarankan investor untuk wait and see terhadap saham-saham di sektor ini hingga ada kejelasan berakhirnya dampak Covid-19. Sementara Wisnu merekomendasikan pelaku pasar untuk menghindari saham-saham ini terlebih dahulu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News