Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Perhatian pasar akan terus tertuju pada spekulasi kenaikan suku bunga The Fed hingga pertengahan bulan Maret. Hal tersebut berpotensi menggembosi rupiah dalam sepekan ke depan.
Di pasar spot, Jumat (3/3), nilai tukar rupiah melemah 0,19% dibanding hari sebelumnya ke level Rp 13.383 per dollar AS. Sepekan terakhir, rupiah tergerus 0,40%.
Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Vidi Yuliansyah memaparkan, penguatan dollar AS cukup signifikan, sehingga menekan rupiah dalam sepekan terakhir. "Dari dalam negeri tidak banyak data," ujarnya.
Sentimen dari eksternal terkait spekulasi kenaikan suku bunga The Fed akan terus mengintai rupiah sepekan ke depan. Apalagi semakin dekat dengan pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada pertengahan bulan ini.
Pernyataan Gubernur The Fed, Janet Yellen beserta beberapa pejabat lain pada Sabtu (4/3) bakal menjadi salah satu perhatian pasar. Berikutnya, pelaku pasar akan mencermati data tenaga kerja AS bulan Februari yang dirilis akhir pekan depan. Diantaranya, non farm payroll (NFP), tingkat pengangguran dan tingkat upah. "Data NFP menjadi data krusial terakhir untuk melihat sinyal kenaikan suku bunga AS," lanjut Vidi.
Di sisi lain, data cadangan devisa, indeks kepercayaan konsumen serta indeks penjualan ritel akan menjadi sentimen penggerak rupiah secara internal. Hanya saja, sentimen eksternal membawa pengaruh lebih besar.
Untuk itu, Vidi menebak, rupiah akan kembali melemah dalam sepekan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News