kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Isu perang dagang bisa pengaruhi kinerja saham emiten CPO


Kamis, 05 April 2018 / 23:19 WIB
Isu perang dagang bisa pengaruhi kinerja saham emiten CPO
ILUSTRASI. Ilustrasi saham CPO


Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Isu perang dagang antara Amerika Serikat dan China masih mewarnai pergerakan pasar domestik. Terlebih China akan mengenakan bea masuk dengan menargetkan produk kedelai, pesawat tebang dan alat berat asal AS.

Di satu sisi, kebijakan balasan ini bisa jadi sentimen negatif, namun di sisi yang lain kebijakan ini juga bisa berimbas positif terhadap pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Imbas positif ini bisa datang dari pengenaan tarif terhadap produk kedelai dari AS ke China. Dengan kebijakan ini akan membuat China memilih menggunakan produk Crude Palm Oil (CPO) ketimbang kedelai. Ini juga bisa jadi angin segar bagi industri CPO yang tengah mengalami penurunan harga.

"CPO akan benefit karena kedelai dari AS akan kena tarif China dan jadi mahal, sehingga China akan lebih mengkonsumsi CPO," ujar Harry Su, Managing Director & Head of Equity Capital Market Samuel International, kepada Kontan.co.id Kamis (5/4).

Beberapa emiten CPO yang bisa menuai berkah dari sentimen ini di antaranya PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT London Suamtra Tbk (LSIP), PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), PT Sampoerna Agro Lestari Tbk (SGRO).

Harry memprediksi, jika harga CPO meningkat akan mengerek pendapatan perusahaan-perusahaan perkebunan ini. "Setiap 10% harga CPO naik, net profit dari perusahaan CPO Indonesia bisa meningkat 30%," beber Harry.

Harga saham AALI secara year to date (ytd) naik 4,18%, pada perdagangan hari Kamis (5/4) AALI bertengger di harga Rp 13.700 melemah 100 bps atau sebesar 0,72%. Kinerja keuangannya sepanjang tahun 2017 juga naik 23% dari Rp 14,1 triliun menjadi Rp 17,3 triliun. Kenaikan ini disumbang oleh pertumbuhan produksi dari 4,8 miliar ton pada 2016 jadi 5,2 miliar ton pada 2017.

Joni Wintarja, Analis NH Korindo Sekuritas dalam risetnya merekomendasikan posisi beli dengan target harga Rp 18.375 per saham. Sementara, Analis RHB Sekuritas Hariyanto Wijaya merekomendasikan beli saham LSIP dengan target harga Rp 1.675. Per Kamis (5/4), harga saham LSIP ditutup di harga Rp 1.345, menguat 45 bps atau 3,46%.

Begitu juga emiten sawit lainnya seperti SGRO, Analis Mirae Aset Management Andy Wibowo Gunawan merekomendasikan beli dengan target harga Rp 3.275. Dalam risetnya dia memprediksi produktivitas SGRO meningkat karena ada program target penanaman 5.000 hektare area baru.

Meski isu perang dagang bisa mengerek komoditas CPO, pengamat pasar modal Teguh Hidayat justru punya pendapat berbeda. Dia bilang, perang dagang ini tak menguntungkan, sekaligus tak merugikan Indonesia. Sebab, produsen di Indonesia tidak bisa menawarkan produk serupa dengan harga lebih kompetitif daripada kedua negara tersebut.

“Kecuali, produsen baja kita lebih kompetitif dari China untuk pasar Amerika dan kita juga punya produk kedelai dan jagung untuk pasar China,” ujar Teguh.

Soalnya, kedelai dan jagung adalah dua produk yang paling banyak diekspor AS. Sedangkan untuk pasar baja, meski AS mengenakan tarif harga baja dari produsen China masih lebih kompetitif dari baja negara berkembang lain. Menurut Teguh, sejatinya perang dagang ini merupakan program proteksionisme pasar yang biasa dilakukan negara-negara lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU

[X]
×