kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Isu China dan penguatan yen memerahkan bursa Asia


Senin, 05 Maret 2012 / 15:12 WIB
Isu China dan penguatan yen memerahkan bursa Asia
ILUSTRASI. Tantangan ekonomi yang berat di 2020 memukul kinerja keuangan PT United Tractors Tbk (UNTR).


Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

TOKYO. Mayoritas saham yang ditransaksikan di bursa Asia melorot sore ini. Bahkan penurunannya merupakan yang terbesar dalam dua pekan terakhir. Pada pukul 16.15 waktu Tokyo, indeks MSCI Asia Pacific turun 0,9%. Dalam setiap tiga saham yang turun, hanya ada satu saham yang naik.

Sementara itu, indeks Hang Seng Hong Kong turun 1,5%. Sedangkan indeks Shanghai Composite China turun 0,6%, indeks Kospi Korea Selatan turun 0,9%, indeks S&P/ASX 200 turun 0,2%, dan indeks Nikkei 225 Stock Average Jepang turun 0,8%.

Sejumlah saham yang pergerakannya turut mempengaruhi bursa Asia antara lain: China Life Insurance Co turun 4% di Shanghai, Ping An Insurance Group Co turun 2,9% di Hong Kong, dan Sun Art Retail Group Ltd turun 6,4% di Shanghai.

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi pergerakan bursa Asia hari ini. Pertama, pemerintah China memangkas target pertumbuhan ekonomi menjadi 7,5% di tahun ini. Ini merupakan target pertumbuhan terendah sejak 2004 lalu. Sementara, inflasi dibidik pada level 4%. Perdana Menteri Wen Jiabao menyebut, penurunan target pertumbuhan itu sebagai sinyal bahwa prioritas pemerintah terhadap laju pertumbuhan sudah sedikit berkurang.

Kedua, penguatan yen yang menyebabkan saham-saham berbasis ekspor dilanda aksi jual. Asal tahu saja, hari ini yen menguat 0,6% versus dolar AS. Keperkasaan yen dilatarbelakangi spekulasi bahwa eksportir berburu mata uang Jepang ini setelah yen menyentuh level terlemah dalam sembilan bulan terakhir.

"Perekonomian Asia tumbuh lebih moderat saat ini. Untuk mencapai pasar bullish, banyak sekali tantangannya. Meskipun risiko guncangan finansial di Eropa sudah mereda, namun Eropa masih akan mengalami resesi yang panjang," papar Andrew Pease, chief investment strategist Russel Investment Group di Sydney.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU

[X]
×