Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) berencana menerbitkan obligasi global senilai US$ 250 juta atau sekitar Rp 3,2 triliun. Notes ini akan diterbitkan dan diperdagangkan di Bursa Efek Singapura (SGX-ST)
Nilai obligasi ini lebih dari 124% dari total ekuitas perseroan. Dalam prospektus resmi ISSP yang terbit Senin (13/3), perseroan berencana menggunakan dana penerbitan obligasi itu untuk melunasi kewajiban utang jangka pendek, ekspansi, dan modal kerja.
Perusahaan manufaktur pipa baja itu mengaku tengah dalam proses meningkatkan efisiensi pendanaan terutama dan memperbaiki cash flow jangka pendek. Per 30 September 2016, ISSP memiliki utang jangka pendek mencapai Rp 2,7 triliun. Pembayaran pokok atas pinjaman itu, dinilai akan membuat likuiditas lebih baik.
Notes ini rencananya memiliki waktu jatuh tempo dalam lima tahun atau pada 2022 mendatang. Sementara itu, suku bunga maksimum yang ditetapkan sebesar 10% per tahun. Sementara itu, jatuh tempo pembayaran bunga direncanakan setiap enam bulan atau periode lain yang disetujui.
Perseroan akan meminta restu pemegang saham dalam RUPSLB pada 20 April 2017 mendatang.
Tahun ini, ISSP menargetkan volume penjualan naik 20%. Ada tiga segmen yang menjadi andalan jual bagi perusahaan yang akrab disebut Spindo ini. Segmen tersebut adalah konstruksi atau infrastruktur, otomotif, dan furnitur. Menurutnya segmen infrastruktur banyak yang tertunda di 2016 sehingga menambah pendapatan di 2017 ini.
Demi menggenjot penjualan, ISSP menganggarkan alokasi belanja modal atau capex sebanyak Rp 100 miliar. Capex ini digunakan untuk maintance pabrik dan penambahan satu Depo di Sulawesi.
Jumlah capex ini turun ketimbang anggaran yang disiapkan tahun lalu sebanyak Rp 300 miliar. Dana tersebut digunakan untuk pembangunan empat gudang dan penggantian mesin baru yang dibeli dari Jerman, Jepang, dan Taiwan. Gudang yang sudah disiapkan yakni di Bandung, Samarinda, Makassar dan Jakarta.
Analis Phintraco Sekuritas Setiawan Effendi mengatakan, rencana perseroan ini bsia ditanggapi positif oleh pasar. Kondisi pasar obligasi global juga masih kondusif untuk mencari pendanaan. "Yang akan jadi salah satu pertimbangan investor adalah, bagaimana nanti kinerja perseroan dalam lima tahun ke depan. Industrinya diharapkan masih terus bertumbuh," ujarnya kepada KONTAN, Senin (13/3).
William Surya Wijaya, Kepala Riset Asjaya Indosurya Securities mengatakan dari sisi teknikal saham, candle harga ISSP berusaha melewati middle band.
Namun MACD masih mengarah turun, sedangkan RSI mulai terlihat menanjak. Akan terkonfirmasi naik jika berhasil melewati resistance Rp 256. Sendangkan tingkat risiko agak jauh karena support berada jauh pada Rp 204.
Ia merekomendasikan sell on strength saham ISSP jika tdk mampu menembus resistance. Saham ISSP ditutup menguat 3,60% ke level Rp 230 per saham pada perdagangan Senin (13/3).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News