Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Akhir tahun ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) membidik kapitalisasi pasar modal bisa menembus Rp 6.500 triliun. Hingga kemarin (28/8), nilai kapitalisasi pasar modal negara kita sudah mencapai Rp 6.485,17 triliun. Ini berarti, BEI tinggal memenuhi Rp 15 triliun lagi untuk mencapai target itu.
Salah satu strategi yang bisa mereka tempuh untuk mengerek kapitalisasi pasar adalah menambah emiten baru. Nah, di semester kedua, ada beberapa perusahaan yang siap go public. Tiga di antaranya anak usaha emiten BUMN.
Berdasarkan catatan KONTAN, tiga calon emiten itu adalah PT PP Presisi, anak usaha PT PP Tbk (PTPP); PT Wika Gedung, anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA); serta PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMF Aero Asia), anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA).
Tak tanggung-tanggung, ketiga perusahaan ini mengincar dana IPO total mencapai Rp 10 triliun. Jika aksi korporasi itu berjalan lancar, maka tentu saja akan menjadi bahan bakar bagi bursa saham Indonesia.
Di semester pertama lalu, BEI telah mengundang masuk 18 emiten baru. Tahun ini, otoritas bursa mengincar total 30 perusahaan untuk listing.
"Insya Allah bisa tercapai," imbuh Direktur Utama BEI Tito Sulistio kemarin. Artinya, masih ada 12 calon emiten termasuk tiga anak BUMN berpotensi memompa kapitalisasi pasar modal domestik.
Tapi, selain dari dalam, pencapaian kapitalisasi pasar juga dipengaruhi faktor luar, mulai kebijakan The Fed hingga isu geopolitik. Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido menilai, prospek saham IPO ketiga anak BUMN menarik.
"Namun secara sektoral, saya lebih memilih PP Presisi dan Wika Gedung," ungkap dia.
Alasannya, PP Presisi memiliki bisnis sewa alat berat dan properti, sedangkan Wika Gedung ke industri infrastruktur dan energi. "Apalagi, pemerintah sedang menggenjot proyek infrastruktur. Itu jadi sentimen positif terhadap perusahaan," jelas Kevin.
Sementara Analis Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo lebih menjagokan GMF Aero Asia dan PP Presisi. Tapi, menurut dia, PP Presisi masih memiliki bisnis yang lebih agresif. "Sebab, induk usahanya punya kinerja cukup kuat," ungkap Lucky.
Memang, GIAA, kinerja induk usaha GMF Aero Asia belum memuaskan. Tapi tetap, GMF Aero Asia memiliki potensi bagus. Usaha yang dilakoni perusahaan ini punya karakter beda dibanding model bisnis lain. "Ini bisa jadi pertimbangan pasar sebelum masuk," beber Lucky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News