Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Vaksin Covid-19 buatan Sinovac sebanyak 1,2 juta telah tiba di Indonesia. Kehadiran vaksin ini dinilai sebagai salah satu sentimen positif. IHSG merespons sentimen tersebut dengan penguatan 2,07% ke 5.930,76 pada penutupan perdagangan Senin (7/12).
Walau vaksin tersebut menjadi kabar positif untuk pasar saham, Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf justru menyebut kabar tersebut memberi dampak yang minim terhadap pasar obligasi. Ia mengatakan, hal itu tercermin dari pergerakan indeks obligasi yang hanya menguat 0,07% pada Senin (7/12).
“Jadi sentimen vaksin tidak memberi dampak signifikan ke pasar obligasi, karena pelaku juga sudah cukup mengantisipasi hal ini. Di satu sisi, rally obligasi Indonesia memang sudah sangat kencang dalam beberapa waktu terakhir, jadi pada akhirnya tidak menjadi sentimen positif,” jelas Dimas ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (7/12).
Dimas menilai secara keseluruhan sentimen vaksin memang cenderung minim. Pasalnya, pelaku pasar masih mempertanyakan seperti apa distribusi vaksin ini nantinya hingga sejauh mana efektivitasnya, mengingat vaksin tersebut juga masih dalam tahap uji coba ketiga.
Walau demikian, ia melihat pasar obligasi Indonesia masih punya ruang untuk melanjutkan rally, meskipun tidak akan sekencang sebelumnya.
Baca Juga: Peningkatan minat investor dorong emiten berani terbitkan obligasi
Salah satu penyebabnya adalah investor asing yang kembali mengambil posisi wait and see. Padahal, sebelumnya sempat agresif masuk ke pasar obligasi Indonesia terlihat dari net buy yang sempat terjadi selama 17 hari berturut-turut sebelum akhirnya ada aksi profit taking.
“Para investor asing melihat kinerja obligasi Indonesia secara year to date sudah mengungguli kinerja peers, sehingga upside-nya pun dinilai cenderung terbatas. Mereka juga melihat saat ini perbankan juga sudah dominan dalam memegang SUN. Jadi mereka mau melihat perkembangannya dahulu,” tambah Dimas.
Menurutnya, ketika perbankan ternyata defensif, investor asing akan perlahan kembali masuk walaupun mungkin akan masuk ke tenor yang lebih panjang. Itu pun tidak akan seagresif sebelumnya.
Namun, Dimas justru menilai ini akan jadi hal yang bagus karena dapat menggerakkan yield obligasi Indonesia secara keseluruhan untuk turun.
Lebih lanjut, Dimas meyakini kinerja obligasi Indonesia masih akan terus positif dan berlanjut pada tahun depan.
Ia memperkirakan, selama pasar bergerak positif, vaksin berjalan sesuai harapan, dan pemulihan ekonomi mulai berjalan, yield obligasi acuan tenor 10 tahun akan dapat menembus 6% pada 2021 mendatang.
“Secara fundamental, obligasi Indonesia itu undervalued, jadi sudah saatnya obligasi kita lebih dilirik lagi oleh investor domestik maupun investor asing. Apalagi pemerintah dan bank sentral sejauh ini menjaga kinerja rupiah tetap stabil, suatu hal yang tentunya diinginkan investor asing,” tandas Dimas.
Selanjutnya: Sentimen vaksin hentikan tren penguatan emas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News