Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Dalam situasi pasar yang bergejolak ini, para analis sepakat bahwa investor perlu bersikap selektif.
“Penting untuk menjaga diversifikasi portofolio dan memantau perkembangan makroekonomi, serta kebijakan yang dapat mempengaruhi sektor lainnya, termasuk konglomerasi,” ujar Harry.
Reza menyarankan investor melakukan rebalancing portofolio bertahap, fokus pada saham blue chips likuid dan berfundamental kuat, terutama perbankan yang tengah diuntungkan sentimen penurunan suku bunga dan potensi inflow institusi.
Ekky pun menegaskan, saat ini adalah fase akumulasi, bukan mark up.
“Fase saat ini masih merupakan tahap akumulasi, belum mark up, namun jika sentimen tetap positif, potensi penguatan bisa terlihat dalam beberapa bulan ke depan atau awal tahun mendatang,” kata Ekky.
Tonton: IHSG Melaju Hari Ini (20 Oktober 2025)
Sektor dan Saham Rekomendasi
Ekky menyoroti sektor perbankan, properti, dan konsumsi seperti rokok, makanan, dan tekstil sebagai pilihan utama. Selain itu, sektor energi terbarukan serta bahan baku seperti baja dan nikel juga masih prospektif.
Harry menambahkan, saham komoditas, khususnya emas, tetap menarik selama harga global tinggi. Untuk sektor defensif, FMCG dan ritel modern menjadi opsi aman di tengah volatilitas pasar.
Berikut beberapa rekomendasi saham pilihan:
- BBCA – target harga Rp 9.600
- TLKM – Rp 3.900
- ICBP – Rp 12.800
- AMRT – Rp 3.000
- JPFA – Rp 2.000
Sementara untuk peluang jangka pendek, Reza menyarankan memperhatikan UNVR, MAPA, BBCA, dan BBTN.
Selanjutnya: Prediksi IHSG & Rekomendasi Saham Selasa (21/10): Siaga Jelang Keputusan BI Rate
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News