Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, tak banyak yang bisa dilakukan investor properti saat ini, selain menunggu momentum usainya pemilihan presiden (Pilpres) di 2019. Dia menyarankan untuk saat ini, hingga tahun depan investor perlu wait and see pada saham sektor properti.
"Pemerintah beberapa kali menaikkan suku bunga acuan dan daya beli masyarakat untuk properti belum terlihat. Jadi, melihat hal tersebut, memang sektor properti belum akan bangkit," ujar Hans kepada Kontan, Selasa (27/11).
Dengan begitu, investor disarankan untuk menunggu hingga Pilpres selesai, sekaligus menanti implementasi kebijakan yang sudah dibuat pemerintah. Namun, ke depan Hans menilai pemerintah masih perlu untuk menerbitkan beberapa kebijakan dukungan sebagai penggerak sektor properti.
"Dengan begitu, harapannya sesudah Pilpres akan ada geliat dan pergeseran konsumsi masyarakat dari yang saat ini cenderung mengacu pada landed house, menjadi permintaan konsumer milenial yakni properti jenis vertikal," ungkapnya.
Meskipun begitu, untuk investasi jangka panjang investor masih memungkinkan untuk membidik beberapa saham sektor properti. Di antaranya saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Properti Tbk (PPRO) dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).
"Alasannya, BSDE memiliki landbank yang besar dan cukup menjanjikan, sedangkan PPRO punya pangsa pasarnya sendiri baik untuk pembangunan vertikal maupun horizontal. Sementara, untuk SMRA meskipun landbank sudah berkurang namun emiten ini punya prospek positif," katanya.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) secara year to date (ytd) sektor properti, realt estate dan konstruksi sudah merosot sebanyak 12,72%. Bahkan, pada perdagangan Selasa (27/11) indeks saham properti ditutup koreksi 0,40% di harga Rp 432,48 per lembar saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News