Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menggelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atawa sukuk negara pada Selasa (10/8).
Berdasarkan data DJPPR, total penawaran yang masuk sebesar Rp 51,65 triliun. Jumlah ini turun dibandingkan lelang sukuk negara yang digelar sebelumnya, yakni Selasa (27/7). Saat itu jumlah penawaran yang masuk mencapai angka tertingginya di tahun ini, sebesar Rp 56,69 triliun.
Dari total penawaran yang masuk, pemerintah hanya menyerap sebanyak Rp 12 triliun. Jumlah ini berdasarkan target indikatif yang ditetapkan pemerintah.
Portfolio Manager Sucorinvest Asset Management Gama Yuki menilai, walaupun penawaran lelang kali ini turun dari dua minggu lalu, tetapi permintaan masih kuat. Pasalnya, likuiditas pasar masih besar dan yield SBSN masih menarik.
Baca Juga: Penawaran di lelang sukuk Selasa (10/8) capai Rp 51,65 triliun, ini seri yang diburu
Sementara itu, Head of Fixed Income Bank Negara Indonesia Fayadri mengatakan, berkurangnya penawaran di lelang kali ini karena data perbaikan produk domestik bruto (PDB) Indonesia yang dirilis akhir pekan lalu sebesar 7,07%, melebihi perkiraan analis di angka 6,72%.
Dalam lelang sukuk pekan ini, seri PBS031 yang akan jatuh tempo pada 15 Juli 2024 menjadi seri yang paling banyak diburu investor. Jumlah penawaran masuk pada seri ini mencapai Rp 12,05 triliun.
Seri yang paling banyak dimenangkan dalam lelang kali ini seri PBS028. Di mana, nominal yang diserap pemerintah mencapai Rp 3,3 triliun, dengan yield rata-rata yang dimenangkan sebesar 7,13%.
Menurut Fayadri, dalam kondisi pasar finansial yang masih menantikan kepastian kebijakan tapering oleh The Fed, investasi pada obligasi dengan tenor pendek merupakan pilihan bijak yang diambil oleh para investor.
“Hal ini tidak hanya kita lihat pada pelaksanaan lelang sukuk tapi juga pada pelaksanaan lelang surat utang negara yang konvensional akhir-akhir ini,” kata Fayadri kepada Kontan.co.id, Selasa (10/8).
Baca Juga: Penggalangan dana di pasar modal masih menjanjikan
Sedangkan Gama melihat kalau tenor pendek masih cukup diminati karena kondisi pandemi yang belum stabil, sehingga investor masih wait and see terhadap kebijakan yang akan dikeluarkan oleh pemerintah.
“Ada beberapa probabilitas yang bisa menyebabkan demand ke safe instrument turun seperti pindahnya investor ke aset yang lebih berisiko seperti saham,” ujar Gama kepada Kontan.co.id, Selasa (10/8).
Dengan adanya penurunan yield dibandingkan dengan lelang sebelumnya, ini dipandang Fayadri mencerminkan peningkatan kepercayaan investor yang berani menurunkan tingkat yield yang diminta terhadap instrumen investasi yang sama.
Baca Juga: Pemerintah akan lelang 6 seri SBSN dengan target indikatif Rp 12 triliun pekan depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News