kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.179   21,00   0,13%
  • IDX 7.053   69,44   0,99%
  • KOMPAS100 1.055   14,32   1,38%
  • LQ45 829   11,91   1,46%
  • ISSI 214   1,24   0,58%
  • IDX30 423   6,73   1,62%
  • IDXHIDIV20 510   7,74   1,54%
  • IDX80 120   1,64   1,38%
  • IDXV30 125   0,95   0,76%
  • IDXQ30 141   2,08   1,49%

Investor asing obral saham BBCA hingga HMSP, ini prospeknya menurut analis


Minggu, 26 Januari 2020 / 17:42 WIB
Investor asing obral saham BBCA hingga HMSP, ini prospeknya menurut analis
ILUSTRASI. Investor asing mencatat net sell di pasar saham hingga Rp 329,69 miliar sepekan lalu.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada perdagangan pekan lalu, investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp 329,69 miliar di seluruh pasar dan Rp 804,80 miliar di pasar reguler. Memuncaki klasemen saham dengan total net sell asing terbesar adalah saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Dalam sepekan, saham BBCA telah diobral asing sebesar Rp 1,48 triliun. Saham perbankan lain, yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencatatkan net sell hingga Rp 201,8 miliar.

Menyusul saham BBCA dan BBNI, ada saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP). Selama sepekan, investor asing menjual saham HMSP hingga Rp Rp 114,8 miliar.

Baca Juga: Dana asing diperkirakan masih tinggalkan pasar saham hingga akhir Januari

Meski demikian, Senior Vice President Royal Investium Sekuritas Janson Nasrial menilai saham sektor perbankan pada 2020 masih cukup cerah. Penurunan giro wajib minimum (GWM) sebesar 50 basis points (bps) akan meningkatkan faktor likuiditas ke sektor perbankan.

Asal tahu, Bank Indonesia (BI) telah menurunkan GWM rupiah untuk bank umum konvensional dan bank syariah sebesar 50 bps sehingga masing-masing GWM menjadi 5,5% dan 4%. Selain itu, Janson menilai dengan naiknya cadangan devisa yang saat ini mencapai hampir US$ 130 miliar juga akan menambah faktor likuiditas. “Yang artinya juga akan menambah likuiditas ke sistem keuangan perbankan,” terang Janson kepada Kontan.co.id, Jumat (24/1).

Namun, efek penurunan suku bunga acuan yang mencapai 1% sepanjang 2019 akan baru terasa pada awal semester-I 2020. Untuk saham perbankan, Janson menjagokan saham BBCA, BBNI, dan BMRI.

Baca Juga: Dana asing kabur dari pasar saham domestik Rp 329,69 miliar dalam sepekan

Sementara itu, kenaikan harga sawit akan berimbas pada saham emiten consumers goods. Sebab, dengan adanya peningkatan harga sawit maka akan mendongkrak daya beli masyarakat petani plasma/konsumen. Sehingga, ini sangat menguntungkan emiten sektor konsumsi seperti HMSP, GGRM, UNVR, ICBP, dan MYOR.

Di sisi lain, Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, saham perbankan masih menarik untuk dilirik. Terlepas dari keputuasan BI yang menahan suku bunga acuan di level 5%, prospek saham perbankan lebih ditentukan oleh minat pelaku pasar.

William pun merekomendasikan beli (buy) saham BBRI dengan target harga Rp 5.000 per saham, BMRI dengan harga Rp 8.500 per saham, dan GGRM dengan harga Rp 60.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×