Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Suku bunga acuan yang diberlakukan bank sentral Amerika Serikat (AS) masih menjadi komponen penting bagi pergerakan bursa saham emerging seperti Indonesia. Jika Federal Reserve ketuk palu untuk mengakhiri suku bunga rendah, diproyeksikan akan terjadi perpindahan arus modal dari pasar negara berkembang ke negara maju.
Hal ini disampaikan oleh Fund Manager Sucorinvest Asset Management (SAM) Jemmy Paul. "Kalau bicara mengenai investasi di emerging market, ada kemungkinan dana asing keluar, capital outflow, ke AS menyusul kenaikan suku bunga di sana," imbuhnya, Rabu (1/10).
Pada dasarnya, antisipasi oleh pemodal asing terkait hal ini sudah terlihat, bisa dibaca dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belakangan ini. Pemodal asing telah menghitung, The Fed akan menaikan suku bunga acuan ke level 1,375% tahun 2015 nanti.
Hari ini, genap tujuh hari perdagangan, asing maraton melepas saham di pasar saham Indonesia. Net sell asing hari ini mencapai Rp 387,78 miliar, memperlihatkan investor asing masih lebih banyak melakukan aksi jual ketimbang beli. Total selama tujuh hari terakhir, asing melepas kepemilikan bernilai Rp 4, 84 triliun di bursa.
Harga BBM
Menurut Jemmy, satu hal yang bisa menjaga arus modal bertahan di dalam negeri adalah ketentuan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Jika harga BBM subsidi dinaikkan, hal ini akan mempersempit defisit neraca transaksi berjalan.
Hal ini bakal menjadi katalis positif bagi sejumlah sektor penggerak IHSG, yakni sektor perbankan, infrastruktur, dan konstruksi. Nah, membaiknya neraca perdagangan juga bakal menjadi dasar analisa S&P untuk meningkatkan rating investasi di Indonesia.
"Jika rating itu dinaikan, maka capital outflow yang diperkirakan terjadi setelah kuartal I tahun depan tidak begitu dirasakan dampaknya," pungkas Jemmy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News