kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.462.000   9.000   0,37%
  • USD/IDR 16.663   -15,00   -0,09%
  • IDX 8.660   40,02   0,46%
  • KOMPAS100 1.192   10,20   0,86%
  • LQ45 848   1,27   0,15%
  • ISSI 313   2,80   0,90%
  • IDX30 434   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 501   -0,35   -0,07%
  • IDX80 134   1,11   0,84%
  • IDXV30 138   1,59   1,16%
  • IDXQ30 138   -0,09   -0,07%

Investor Asing Menilai Risiko SUN Makin Tinggi


Senin, 16 Februari 2009 / 12:02 WIB


Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Porsi kepemilikan asing dalam Surat Utang negara (SUN) terus turun. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, per 12 Februari lalu, porsi kepemilikan asing tinggal Rp 83,58 triliun. Artinya, kepemilikan asing sudah menyusut 4,60% sejak awal tahun yang masih sebesar Rp 87,61 triliun.

Analis obligasi Bank Danamon Helmi Arman mengatakan, penurunan kepemilikan asing terjadi lantaran faktor eksternal. "Krisis global membuat investor takut bermain di emerging market," tegasnya, kemarin. Risiko berinvestasi di negara berkembang seperti Indonesia akan meningkat karena banyak bank yang tak mau memberi fasilitas kredit.

Selain itu, ada beberapa hal lain yang ikut mendorong investasi asing di SUN turun. Pertama, para investor memilih melepas SUN untuk berinvestasi pada obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS).

Kedua, investor asing melepas SUN untuk mengambil untung (profit taking). Maklum, menurut Kahlil Rowter, Direktur Utama PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), harga SUN kemarin sempat menanjak. Ketiga, investor cenderung pesimistis dengan nilai tukar rupiah. "Investor memperkirakan rupiah akan kembali melemah," ungkap Kahlil.

Keempat, investor menilai risiko SUN masih tinggi. "Kita bisa melihat dari indeks credit default swap (CDS) Indonesia yang mulai naik," kata Heru Helbianto, analis Obligasi Trimegah Securities. Sebagai catatan, CDS adalah instrumen untuk lindung nilai terhadap risiko gagal bayar obligasi.

Maklum, investor menilai peningkatan defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Indonesia dari 1,5% menjadi 2,5% akan membuat pemerintah banyak menerbitkan surat utang.

Helmi meramal, keadaan ini masih bisa terus berlangsung meski AS telah mengucurkan paket stimulus. Apalagi, Indonesia masih berada di bawah bayangan risiko tekanan inflasi, risiko pelemahan ketahanan anggaran, dan pelemahan rupiah. "Risiko pendanaannya masih besar," tandas Helmi.

Dus, tak perlu heran jika harga SUN merosot. Harga SUN seri FR0036 turun 3,06% dari 95,8485 pada 6 Februari jadi 92,9181 akhir pekan lalu. Adapun yield SUN acuan bertenor 10 tahun itu naik dari 12,20% jadi 12,73%. Helmi meramal, harga obligasi masih akan turun. Lokal masih akan mendominasi pasar SUN

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×