kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi wine menggiurkan, cermati pula risikonya yang tinggi agar tidak merugi


Sabtu, 31 Maret 2018 / 15:15 WIB
Investasi wine menggiurkan, cermati pula risikonya yang tinggi agar tidak merugi


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anda kolektor minuman anggur (wine)yang masih rajin berburu wine? Mungkin Anda tertarik menilik koleksi wine milik mendiang Jerry Perenchio. Seabrek koleksi wine milik miliuner asal Amerika Serikat (AS) yang meninggal dunia pertengahan tahun lalu ini bakal dilelang oleh balai lelang Sotheby.

Sebagian koleksi dilelang oleh Sotheby Hong Kong pada Jumat (30/3). Sementara sisanya akan dilelang oleh Sotheby New York pada 19 Mei mendatang.

Koleksi wine Perenchio yang dilelang termasuk wine bikinan Domaine de la Romane-Conti (DRC). Pembuat wine ini memproduksi sejumlah wine yang harganya paling mahal di dunia (lihat tabel). Sebotol harga wine Burgundy bikinan DRC pernah mencapai 15.702.

Melihat pergerakan harga tersebut, tidak salah bila wine juga dimanfaatkan sebagai sarana investasi. Menilik pergerakan indeks Liv-ex Fine Wine Investables, selama periode 2001 hingga 2017, hanya enam kali rata-rata harga wine turun.

Penurunan harga terdalam terjadi di 2008, di mana indeks Fine Wine Investables turun 13,14%. Tetapi, setahun setelahnya, indeks kembali naik 18,29%. Di 2010, rata-rata harga wine yang diinvestasikan malah naik 42,33%.

Sepanjang 2017 lalu, indeks Fine Wine Investables naik 5,17%. Sementara di 2016 kenaikan indeks mencapai 24,79%.

Yohan Handoyo, wine sommelier sekaligus seorang kolektor wine, mengatakan, pada dasarnya sudah banyak yang menjadikan wine sebagai instrumen investasi, termasuk di Indonesia. Bahkan, ada perusahaan pengelola investasi wine yang tersebar di beberapa negara. Salah satunya Wine Investment Fund.

Menurut Yohan, harga wine sangat bergantung pada besarnya permintaan dan penawaran yang didasari oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah lokasi tempat wine tersebut berasal.

Yohan mengatakan, wine yang diproduksi di Bourdeaux, Prancis, atau di California, Amerika Serikat, serta di Italia, umumnya memiliki nilai jual tinggi. "Sebab perkebunan anggur di sana memiliki kualitas mumpuni. Sehingga wine yang dihasilkan layak menjadi produk investasi bernilai tinggi," kata dia kepada KONTAN, akhir pekan lalu (23/3).

Selain asal pembuatannya, harga jual wine juga ditentukan oleh tingkat kelangkaan barang tersebut. Semakin lama usia wine, potensi kenaikan harganya semakin besar.

Tapi faktor-faktor tersebut tidak bersifat mutlak. Pasalnya, walau memiliki potensi kenaikan harga yang tinggi, harga jual wine pada dasarnya tetap sulit diprediksi. Sebab tidak adanya sentralisasi perdagangan untuk produk tersebut. "Wine Domaine de la Romane-Conti yang dibuat tahun 2000 bisa saja memiliki harga berbeda saat dijual di tempat A dengan di tempat B," ujar Yohan.

Umumnya, wine yang bisa dijadikan instrumen investasi dijual secara individu ke sesama kolektor atau melalui pasar lelang. Kolektor pun hanya bisa membeli wine tersebut melalui perusahaan yang berperan sebagai perantara.

Pihak perantara ini nantinya akan menyimpan wine milik para kolektor di suatu tempat khusus. Memang, kolektor juga berhak menyimpan sendiri wine yang dimilikinya. Namun, wine yang disimpan secara pribadi umumnya sulit dijual dengan harga yang tinggi. "Karena tidak ada yang bisa memastikan apakah orang ini merawat wine dengan sebaik-baiknya," terang Yohan.

Maklum, karena wine merupakan barang konsumsi, sehingga memerlukan perawatan khusus. Yohan bilang, wine tidak bisa disimpan di tempat yang lembab. Selain itu, suhu udara di tempat penyimpanan juga akan menentukan awet tidaknya minuman tersebut.

Eko Endarto, Perencana Keuangan Finansia Consulting, sepakat, wine bisa jadi investasi alternatif. Namun, tidak semua wine cocok jadi instrumen investasi. "Ada standar yang membuat suatu wine layak sarana investasi," kata dia.

Makanya, tidak semua orang cocok berinvestasi wine. Selain butuh pengetahuan tinggi soal perkembangan produk wine, kesuksesan investasi di instrumen ini juga ditentukan oleh minat calon investor itu sendiri.

Investasi wine juga memiliki risiko besar, salah satunya adalah risiko likuiditas. Sebab, pasar wine tercipta dari komunitas tertentu, yang pelaku pasarnya tidak sebesar pasar keuangan. Jadi, hati-hati kalau Anda ingin coba.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×