kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi tak boleh hanya sekadar latah dan ikut-ikutan, simak cara yang benar


Minggu, 26 September 2021 / 08:45 WIB
Investasi tak boleh hanya sekadar latah dan ikut-ikutan, simak cara yang benar


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini industri pasar modal mengalami perkembangan pesat. Hal ini bisa terlihat dari pertumbuhan jumlah investor pasar modal sepanjang tahun ini.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), jumlah investor pasar modal telah mencapai 6,1 juta investor per Agustus 2021. Jumlah ini naik sekitar 57,2% dari posisi akhir tahun lalu yang hanya sebesar 3,9 juta investor. 

Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Krizia Maulana menyoroti pertumbuhan investor tersebut juga diiringi dengan banyaknya investor yang membeli saham sekadar ikut-ikutan belaka.  Padahal menurutnya langkah tersebut bukanlah hal yang bijak.

“Latah ikut-ikutan membeli efek saham secara langsung tanpa dibekali pengetahuan yang cukup bisa membuat tingkat stress meningkat dan keuangan berantakan," kata Krizia dalam keterangan tertulis, Sabtu (25/9).

Oleh sebab itu, ia membagikan pentingnya bagi seorang investor untuk mengetahui soal profil risiko, pentingnya mengelola risiko, dan sarana investasi di pasar saham.

Baca Juga: IHSG menguat 0,19% sepekan, kapitalisasi pasar dan nilai transaksi harian ikut naik

1. Mengenal profil risiko

Profil risiko adalah tingkat toleransi seorang individu terhadap risiko yang siap ia tanggung. Umumnya, profil risiko seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia, tingkat pengetahuan tentang investasi, serta jumlah aset dan kewajibannya.

Krizia menjelaskan, seorang individu dengan jumlah aset yang besar dan kewajiban yang kecil memiliki kemampuan yang relatif besar untuk mengambil risiko.

Sebaliknya, individu dengan aset yang kecil dan kewajiban yang besar akan cenderung kurang memiliki kemampuan dalam menanggung risiko. Selain itu, kesiapan menanggung risiko kerap dikaitkan dengan usia.

Investor usia muda cenderung siap mengambil risiko tinggi, sementara yang berusia lanjut cenderung menghindari risiko. Kemampuan dan kesiapan menanggung risiko tidak selalu sejalan.

"Oleh karena itu, sebelum melakukan investasi, sebaiknya calon investor mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan relevan untuk membantu mengetahui profil risikonya," jelas Krizia.

2. Kelola Risiko

Dalam kehidupan sehari-hari, semua orang dihadapkan pada berbagai risiko. Begitu pula dalam investasi, ada risiko yang harus dihadapi.  Krizia mencontohkan, ikut-ikutan investasi secara langsung di instrumen saham tanpa bekal pengetahuan yang mumpuni bisa diibaratkan seperti ikut tren berkendara mobil sport di jalan raya tanpa bekal menyetir.

"Jika setiap risiko dikelola dengan baik, kita bisa menikmati hasil yang bermanfaat bagi kehidupan kita. Risiko harus dikelola, bukan dihindari," ujar  Krizia.

Perlu diingat, investasi secara langsung dalam instrumen saham memang memiliki potensi keuntungan yang tinggi, tetapi juga dibarengi oleh risiko yang tinggi. Oleh seban itu, wajib hukumknya untuk menguasai dulu ilmunya agar bisa mengelola risiko dengan baik.

Baca Juga: Penerbitan SBN di pasar perdana tahun ini bakal lebih rendah dari target

3. Kenali sarana investasi di pasar saham

Biasanya untuk meminimalisir risiko investasi di saham, kamu bisa memanfaatkan reksa dana saham. Sebab reksadana saham terdiri dari beragam koleksi saham perusahaan yang pemilihannya ketat oleh manajer portofolio.

Diversifikasi saham dalam sebuah produk reksa dana akan meminimalisir risiko investasi dan membantu meningkatkan potensi imbal hasil investasi.

Jadi, peluang investasi pada pasar modal bisa dimanfaatkan oleh siapa pun. Namun kamu perlu memilih kendaraan investasi yang tepat, sesuai dengan profil risiko masing-masing.

"Cocokkan investasi dengan tujuan. Karena jika tidak, investasi kita bisa jadi terlalu berisiko, atau justru malah terlalu konservatif sehingga kehilangan potensi optimal pertumbuhannya. Investasi jangan sekedar ikut-ikutan," tutup Krizia.

Selanjutnya: Tiga saham bakal dilepas BP Jamsostek, ini tanggapan analis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×