kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Investasi surat utang korporasi menarik, tapi tetap waspadai risikonya


Jumat, 08 Juni 2018 / 00:02 WIB
Investasi surat utang korporasi menarik, tapi tetap waspadai risikonya
ILUSTRASI. Aktivitas di Mandiri Sekuritas Jakarta


Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi pada surat utang korporasi dinilai masih menarik bagi para investor berkat tawaran kupon yang tinggi. Namun, investor tetap perlu mewaspadai risiko yang ditimbulkan kala berinvestasi pada instrumen tersebut.

Kupon surat utang korporasi yang tinggi memang bukan isapan jempol. Sebagai contoh, PT Batavia Prosperindo Finance menerbitkan obligasi korporasi senilai Rp 300 miliar pada Selasa (5/6) dengan kupon tetap sebesar 11% per tahun. Ada pula PP Properti yang kemarin (6/6) menerbitkan Medium Term Notes senilai Rp 80 miliar dengan tawaran kupon tetap 9,25%.

Analis Fixed Income MNC Sekuritas, I Made Adi Saputra mengaku, pada dasarnya kupon surat utang korporasi relatif lebih tinggi ketimbang surat utang negara. Hal tersebut yang biasanya membuat investor tertarik dengan surat utang korporasi.

Namun, tawaran kupon bukanlah satu-satunya faktor yang jadi penentu layak-tidaknya suatu surat utang korporasi dikoleksi oleh investor.

Menurutnya, kupon tinggi belum tentu sejalan dengan kualitas rating yang dimiliki oleh perusahaan penerbit surat utang yang bersangkutan. “Bisa saja pihak perusahaan tersebut memberi kupon yang tinggi karena rating mereka tergolong rendah,” katanya, Kamis (7/6).

Fenomena seperti itu dianggap lumrah. Pasalnya, ketika suatu perusahaan diganjar dengan rating yang rendah, mau tak mau perusahaan yang bersangkutan perlu menaikkan tingkat kupon surat utangnya. Hal ini dilakukan agar investor tertarik membeli surat utang yang diterbitkan perusahaan tersebut.

Namun Made melanjutkan, jika suatu perusahaan menawarkan kupon yang tinggi, maka beban biaya pembayarannya juga ikut tinggi. Karenanya, investor juga perlu mengetahui kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi kewajibannya.

Analis Indonesia Bond Pricing Agency Ifan Mohamad Ihsan sepakat bahwa posisi rating perusahaan penerbit surat utang korporasi juga mesti menjadi pertimbangan bagi tiap investor.

Dengan adanya informasi seputar rating yang dimiliki suatu perusahaan penerbit surat utang, investor paling tidak mendapat gambaran mengenai tingkat risiko gagal bayar atau risiko likuiditas ketika berinvestasi pada instrumen tersebut.

Nah, likuiditas memang menjadi salah satu kelemahan surat utang korporasi. Ini mengingat transaksi surat utang korporasi di pasar sekunder cenderung minim. “Hal yang mempengaruhi likuiditas adalah nilai outstanding dari surat utang itu sendiri,” ujar Ifan.

Maka dari itu, Ifan menyarankan agar investor memperhatikan nilai outstanding yang ditawarkan suatu surat utang korporasi. Artinya, semakin besar nilai outstanding dari surat utang korporasi, potensi instrumen tersebut untuk ditransaksikan di pasar sekunder juga makin besar.

Selain itu, transparansi juga menjadi faktor penting yang perlu dipertimbangkan oleh investor, terutama yang berinvestasi pada surat utang jangka menengah atau MTN. Sebab, perusahaan tidak memiliki kewajiban untuk melaporkan transaksi MTN di Bursa Efek Indonesia (BEI) walaupun instrumen ini tetap terdaftar melalui Kustodian Sentra Efek Indonesia (KSEI).

Berangkat dari hal itu, Made bilang investor yang berinvestasi pada MTN harus berhadapan dengan risiko transparansi perdagangan di pasar sekunder. Dalam hal ini, investor tidak bisa mengetahui berapa banyak frekuensi dan volume transaksi MTN yang terjadi di pasar sekunder.

“Akibatnya, investor kesulitan mengukur berapa besar keuntungan atau bahkan kerugian yang mereka peroleh dari MTN tersebut,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×