Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga sejumlah komoditas logam industri tercatat naik akhir-akhir ini. Berdasarkan data tradingeconomics.com, harga tembaga berada di level US$ 8.609 per ton per Senin (23/1), meningkat 12,22% dalam sebulan dan menjadi level tertinggi dalam tujuh bulan ke belakang.
Lalu, harga aluminium per Senin (23/1) berada di level US$ 2.636,5 per ton alias naik 10,73% dalam sebulan. Kemudian, harga timah berada di level US$ 29.536 per ton per perdagangan Jumat (20/1) atau melesat 22,76% dalam sebulan terakhir. Level ini tergolong tinggi jika dilihat sejak Juni 2022.
Di sisi lain, harga nikel turun 5,04% dalam sebulan ke posisi US$ 27.895 per ton per Senin (23/1). Harga ini terkoreksi dari harga tertingginya dalam tujuh bulan terakhir yang mencapai US$ 31.300 per ton pada 7 Desember 2022.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, perang antara Rusia-Ukraina menjadi faktor yang memengaruhi pergerakan harga komoditas dalam jangka menengah. Belakangan ini, Ukraina selalu menang saat melakukan penyerangan ke wilayah-wilayahnya yang dikuasai Rusia.
Baca Juga: Berkah dari Kebijakan Pencabutan Nol Covid China Bagi Perekonomian Indonesia
"Kondisi ini membuat pasokan komoditas logam industri semakin ketat sehingga permintaan tinggi tapi barangnya tidak ada. Hal ini akan membuat harga tembaga, aluminium, timah, dan nikel masih akan naik," kata Ibrahim saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (24/1).
Ibrahim memperkirakan, harga tembaga pada kuartal I-2023 dapat mencapai US$ 9.500 per ton. Meskipun begitu, harga tembaga pada semester 1 2023 bisa terkoreksi ke US$ 8.000 per ton akibat kenaikan suku bunga acuan The Fed yang diprediksi akan terjadi sebanyak tiga kali. Hal ini akan mendorong penguatan dolar AS sehingga harga tembaga menjadi terlalu mahal yang pada akhirnya mengurangi permintaannya.
Bernada serupa, Founder Traderindo.com Wahyu Tribowo Laksono memperkirakan, harga tembaga berpeluang lanjut rebound. Potensi kenaikan ini berkat adanya keterbatasan pasokan jangka pendek dan meningkatnya permintaan terkait transisi energi jangka panjang.
Baca Juga: Harga Komoditas Logam Industri Naik di Awal 2023, Prospeknya Dihantui Ketidakpastian
Pembukaan kembali ekonomi di China juga akan meningkatkan permintaan tembaga global karena negara ini mengonsumsi lebih dari setengah volume tembaga dunia pada 2021.
Wahyu memperkirakan, harga tembaga berpotensi ke level US$ 9.700-US$ 10.000 per ton dengan support terdekat di US$ 8.000 per ton. Sepanjang 2023, ia memprediksi harga tembaga berada di kisaran US$ 6.000-US$ 11.000 per ton.
Kemudian, untuk aluminium, Wahyu melihat permintaan logam ini berpeluang meningkat mulai semester 2 2023 melebihi pertumbuhan pasokan. Pertumbuhan permintaan yang kuat berasal dari sektor otomotif dan pengemasan untuk mengimbangi pelemahan di sektor konstruksi, industri tertentu, dan pelemahan ekonomi di Eropa.
Wahyu mengestimasi, resistance terdekat harga aluminium berada di US$ 2.800 dengan support di US$ 2.270 per ton dengan kisaran tahun 2023 di US$ 2.000-US$ 3.300. Sementara Ibrahim memprediksi, harga aluminium akan mencapai puncaknya di US$ 2.900an dengan potensi koreksi ke US$ 2.400an pada paruh pertama tahun ini.
Baca Juga: Menteri ESDM Minta Pengembangan Mineral Kritis Diprioritaskan untuk Percepatan EBT
Selanjutnya, Wahyu melihat harga timah juga berlanjut naik, ditopang oleh isu pelarangan ekspor timah Indonesia. Terlebih lagi, permintaan timah berpotensi meningkat dari pasar kendaraan listrik serta aplikasi di industri listrik dan elektronik.
Lalu, penguatan harga nikel akan ditopang permintaan sektor baterai hingga diprediksi membuat pasar mengalami defisit nikel pasokan pada 2026. Pelarangan ekspor nikel dari Indonesia juga akan memengaruhi suplai, mengingat Indonesia, Filipina, dan Rusia berkontribusi sebesar 50% terhadap pasokan nikel dunia.
Ibrahim memprediksi, pada semester 1 2023, harga tertinggi timah kemungkinan berada di US$ 31.500 dan potensial terkoreksi ke US$ 26.000 per ton. Sementara harga harga tertinggi nikel kemungkinan berada di US$ 30.000an dan berpotensi turun ke US$ 25.000 per ton.
Wahyu memperkirakan, resistance terdekat timah berada di US$ 32.000 dengan support terdekat di US$ 25.000, sedangkan resistance terdekat nikel di US$ 30.150 dengan support terdekat di US$ 26.750 per ton. Untuk sepanjang tahun 2023, harga timah diperkirakan berada di rentang US$ 17.000-US$ 45.000, sedangkan kisaran harga nikel di US$ 20.000-US$ 33.000 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News