Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah kasus Covid-19 masih terus meningkat baik di dalam negeri maupun luar negeri. Selama masa pandemi hingga Oktober, imbal hasil emas jadi yang paling tinggi bertumbuh. Lantas bagaimana prospek instrumen investasi lainnya?
Mengutip Bloomberg, hingga akhir Oktober harga emas spot naik 23% secara year to date (ytd). Sementara, emas logam mulia Antam naik 15% ytd. Pertumbuhan kinerja harga emas berbanding terbalik dengan kinerja IHSG yang menurun 19% ytd.
Imas Suryati Sihombing, Direktur PT Xdana Investa Indonesia mengatakan, harga emas jadi yang paling tinggi tumbuh karena logam mulia tersebut jadi instrumen investasi favorit para investor sebagai pelindung nilai aset terhadap inflasi. Di tengah kondisi ekonomi yang belum pasti akibat pandemi, emas juga dianggap sebagai instrumen investasi dengan risiko terkecil dibanding instrumen investasi di pasar uang atau pasar modal.
"Emas juga mudah dicarikan, nilai emas cenderung terjaga di tengah ketidakpastian ekonomi global dan kondisi pandemi yang menekan perekonomian," kata Imas, Senin (2/11). Tidak heran permintaan emas terus meningkat dan menyebabkan harga ikut merangkak naik.
Baca Juga: Harga emas spot naik 0,4% ke US$ 1.884,98 per ons troi jelang sore hari ini
Sementara, investasi di pasar modal masih terpuruk di sepanjang tahun ini. Sentimen negatif mulai menekan ketika kasus skandal korupsi yang melibatkan banyak institusi keuangan di pasar modal terbongkar.
Selain itu, kasus pandemi yang jumlahnya terus melonjak serta penanganan pandemi yang belum dinilai positif. Tidak heran IHSG tertekan dan mengalami panic selling di Maret lalu.
Sementara, kebijakan omnibus law yang direspons positif pelaku pasar di satu sisi masih menuai banyak protes. Namun, sejumlah upaya telah pemerintah lakukan untuk kembali menggairahkan pasar, salah satunya pemberian stimulus pajak dan pemberian bantuan sosial.
Baca Juga: IHSG turun 0,26% pada Senin (2/11), investor asing mencetak net sell besar