kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Intraco Penta menambah merek alat berat


Jumat, 03 Agustus 2018 / 14:19 WIB
Intraco Penta menambah merek alat berat
ILUSTRASI. Alat Berat PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS)


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anak usaha PT Intraco Penta Tbk (INTA) yakni PT Intraco Penta Prima Servis kembali menambah merek dari alat beratnya. Perusahaan ini memasarkan salah satu alat berat bernama dozer dengan merek Dresstta yang berasal dari Polandia.

Dengan demikian, hingga saat ini, anak usaha INTA tersebut memegang beberapa merek alat berat yakni Volvo, CE, dan juga SDLG. Merek baru ini menyasar pasar alat berat yang bergerak di bidang pertambangan dan juga infrasruktur.

"Sudah mulai dijual untuk dozernya, namun kapasitas pabriknya baru 3 unit per bulannya," kata Novandy Lantang, General manager Sales Intraco Penta Prima Services kepada Kontan.co.id, Kamis (2/8).

Pelanggan bisa membeli satu fleet alat berat langsung dari IPPS. Saat ini, penjualan alat berat INTA memang mencatatkan kinerja yang cukup baik. Hingga akhir semester I saja, perusahaan ini memperlihatkan kenaikan yang cukup signifikan.

Dari segmen alat berat, INTA mencatatkan penjualan Rp 1,12 triliun. Perusahaan ini berhasil menjual sekitar 499 unit alat berat. Pendapatan tersebut lebih besar dibandingkan dengan pendapatan perusahaan tersebut di bulan Juni 2017 yakni sebesar Rp 570,6 miliar dengan jumlah unit sebesar 275 unit.

Beberapa faktor menjadi pengaruh kenaikan penjualan INTA di sepanjang semester I-2018 ini seperti semakin membaiknya bisnis di sektor pertambangan dan infrastruktur. Sekitar 60% dari penjualan INTA diperoleh dari sektor pertambangan.

Meski demikian, agak sulit bagi INTA untuk mencatatkan net income yang cukup baik di tahun ini. Apalagi, jika rupiah terus melemah di hadapan dollar Amerika Serikat karena INTA memiliki pinjaman dalam dollar AS.

"Sedangkan penjualan alat berat dalam negeri harus dalam rupiah," kata Ferdinand Dion, Investor Relations Strategist INTA kepada Kontan.co.id, Kamis (2/8).

Selain itu, perusahaan ini juga masih harus menanggung beban dari anak usahanya yakni PT Intan Baruprana Finance Tbk (IBFN) meski titik cerah mulai didapat perusahaan tersebut dengan cara rights issue untuk melakukan restrukturisasi utanganya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×