kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Intip Strategi Investasi Capai Pertumbuhan pada Instrumen Reksadana di Sepanjang 2022


Senin, 02 Januari 2023 / 21:32 WIB
Intip Strategi Investasi Capai Pertumbuhan pada Instrumen Reksadana di Sepanjang 2022
ILUSTRASI. Intip Strategi Investasi Capai Pertumbuhan pada Instrumen Reksadana di Sepanjang 2022


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli

Investment Specialist Sucor Asset Management Toufan Yamin memaparkan Reksadana saham seperti Sucorinvest Equity Fund (SEF) dan Sucorinvest Maxi Fund (SMF) masing-masing bertumbuh 9,38% dan 4,61%, didorong oleh sektor komoditas dan perbankan.

Reksadana campuran seperti Sucorinvest Anak Pintar (SAP) dan Sucorinvest Premium Fund (SPF) masing-masing bertumbuh 17,23% dan 16,30%. 

Fleksibilitas dalam pemilihan komposisi kelas aset serta persentase alokasinya di tengah volatilitas pasar yang tinggi telah mendorong produk reksadana campuran Sucor AM bertumbuh signifikan di tahun 2022. 

Sementara reksadana obligasi berbasis korporasi cenderung outperform dibandingkan SBN seperti Sucorinvest Stable Fund (SSF) yang naik 6,18% dan Sucorinvest Bond Fund (SBF) naik 1,56% mengingat kondisi kenaikan suku bunga sepanjang 2022 cukup menekan imbal hasil (yield) dari obligasi pemerintah.

Baca Juga: Kinerja Portofolio Investasi 2022 Lebih Rendah Dibandingkan Tahun 2021

Serta, reksadana pasar uang kelolaan Sucor AM yakni Sucorinvest Money Market Fund (SMMF) dan Sucorinvest Sharia Money Market Fund (SSMMF) juga kembali menunjukkan kenaikan yang konsisten sebesar masing-masing 4,22% dan 3,83%.

Menurut Toufan, pencapaian tersebut banyak dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal khususnya sektor komoditas. Walaupun, berada di tengah sentimen inflasi, kenaikan suku bunga bank sentral yang agresif, memanasnya kondisi geopolitik akibat perang Rusia-Ukraina, hingga lockdown China yang berlanjut pada perlambatan ekonomi global di penghujung tahun.

Toufan melihat bahwa proyeksi pergerakan ekonomi global pada awal tahun 2023 tidak terlepas dari efek domino tahun sebelumnya, yaitu kenaikan suku bunga bank sentral global yang agresif dan ancaman resesi.

"Permintaan global yang cenderung melandai akan mempengaruhi kondisi inflasi dan perlahan memperbaiki masalah rantai pasokan global, sementara pembukaan ekonomi China nantinya dapat kembali menopang aktivitas ekonomi mitra dagang," jelas Toufan kepada Kontan.co.id, Senin (1/2).

Baca Juga: Aturan Baru Unitlink Bikin Dana Kelolaan Bank Kustodian Melorot

Meskipun terdapat sentimen negatif secara global dan masih ada tekanan dari konflik geopolitik Ukraina dan Rusia, tetapi IHSG masih akan mengalami pertumbuhan yang positif karena posisi Indonesia masih diuntungkan dari harga komoditas yang tinggi, pemulihan ekonomi secara keseluruhan yang mendorong konsumsi domestik, dan kinerja ekspor yang masih akan menopang pertumbuhan ekonomi.

Dari sisi pasar obligasi terutama pada pasar SBN, potensi koreksi mulai terbatas dan diperkirakan pergerakan yield (imbal hasil) obligasi relatif lebih stabil terutama untuk durasi panjang pasca kenaikan suku bunga yang disertai oleh penambahan porsi kepemilikan BI. 

Toufan melanjutkan, stabilitas rupiah sepanjang 2022 juga menjadi tolak ukur fundamental yang kuat untuk pasar obligasi Indonesia. Kinerja obligasi korporasi yang berkualitas dan SBN di 2023 diharapkan dapat memberikan imbal hasil menarik.

Secara keseluruhan, Sucor AM optimis kinerja pasar obligasi Indonesia di tahun 2023 lebih tinggi setelah melewati koreksi tahun 2022. Terlebih lagi, dengan memuncaknya kenaikan suku bunga global dan re-alokasi aset global yang cenderung defensif.

Sementara Rudiyanto menyoroti beberapa tantangan yang mungkin akan dihadapi di tahun 2023, diantaranya kekhawatiran terjadinya resesi global, suku bunga acuan yang diperkirakan masih akan tinggi hingga semester I-2023, dan tingkat inflasi yang masih tinggi. 

Di sisi lain, penurunan tingkat inflasi akan berjalan cukup cepat di semester 2 sehingga berpotensi mengubah arah suku bunga. Pemulihan ekonomi yang didorong penghapusan status PPKM akan membuat semua sektor mengalami kenaikan penjualan dan laba bersih. Ditambah dengan China yang menghapus kebijakan zero covid juga akan membuat turisme internasional pulih.

Menurut pandangan dari Panin Asset Management, IHSG di tahun 2023 akan berada di rentang 8,100 - 8,200 dan Yield SUN tenor 10 tahun baka berkisar di 6 - 6.5%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×