Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi lonjakan inflasi menyeruak di tengah kenaikan harga barang kebutuhan pokok dan energi. Ini bisa membawa sentimen negatif bagi sejumlah saham.
Head of Research Mega Capital Sekuritas, Cheril Tanuwijaya menyoroti laju harga barang pokok seperti beras serta harga minyak bumi. Sebulan terakhir, harga minyak mentah melaju sekitar 15%, dibanding kenaikan bulan Juli ke Agustus yang sekitar 10%.
Sedangkan belakangan ini, tren harga beras sedang menanjak di sejumlah daerah. "Kami perkirakan inflasi September akan kembali naik, namun masih di dalam batas target Bank Indonesia (BI) di 2%-4%," ungkap Cheril kepada KONTAN, Selasa (19/9).
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham MDKA, BBRI dan ASII untuk Perdagangan Rabu (20/9)
Chief Economist & Investment Strategist Manulife Aset Manajemen Indonesia, Katarina Setiawan menimpali, secara tahunan, inflasi umum pada September justru berpotensi turun akibat pudarnya dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi pada September 2022.
"Kami melihat inflasi umum tahun ini masih akan berada di kisaran target BI yaitu 3% +/- 1%," terang Katarina.
Maka Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina melihat pelaku pasar justru akan lebih mencermati BI saat merespons potensi kenaikan inflasi tersebut.
Alhasil, Cheril melihat kenaikan inflasi akan membawa sentimen negatif bagi sejumlah saham. Terutama saham emiten barang dan jasa konsumsi non-primer (consumer cyclicals).
Baca Juga: Begini Proyeksi Pergerakan Rupiah untuk Hari Ini (20/9)
Secara sektoral, IDX consumer cyclicals Selasa (19/9), anjlok 1,32% saat mayoritas sektor mengalami penguatan. Melanjutkan kinerja merah Senin (18/9), IDX consumer cyclicals ambles 2,32%.