Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Untuk mengoptimalkan imbal hasil (return), manajer investasi gesit menyesuaikan portofolio reksadana pendapatan tetap sesuai kondisi pasar surat utang.
Begitu pula strategi yang diterapkan PT Ashmore Asset Management Indonesia dalam meracik reksadana pendapatan tetap Ashmore Dana USD Nusantara.
Mengacu fund fact sheet per November 2016, Ashmore Dana USD Nusantara membukukan return 11,15% (YtD). Ini melampaui kinerja obligasi pemerintah denominasi dollar AS bertenor lima tahun yang tumbuh 6,12% periode sama.
Anil Kumar, Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia menuturkan, untuk mengerek return, perusahaan memang cermat meracik portofolio produk tersebut sesuai kondisi yang ada.
Misalnya, di awal tahun 2016, mereka cenderung overweight dengan durasi 8,9 tahun. Maklum, kala itu, valuasi obligasi negara dollar AS sangat menarik. "Kami juga ekspektasi yield US Treasury akan turun, dan terbukti benar," imbuhnya.
Sementara pada Agustus 2016, perusahaan menduga yield US Treasury akan mulai membengkak. Makanya perusahaan mulai mengalihkan portofolionya ke obligasi bertenor pendek. Ia memotong durasi hingga level 4,2 tahun.
Mereka juga memperbesar porsi kas. Buktinya, yield US Treasury sempat melambung hingga 2,4% pada kuartal IV 2016. Salah satu pemicunya, kemenangan tak terduga Presiden ke - 45 Amerika Serikat Donald Trump pada November 2016.
"Kedua prediksi itu terjadi. Kami dapat alpha dan return dalam dua arah, baik saat imbal hasil naik maupun turun," terangnya.
Per November 2016, mayoritas aset Ashmore Dana USD Nusantara diparkir pada efek surat utang pemerintah berdenominasi dollar AS yakni 81,3%. Sisanya berupa instrumen pasar uang 18,7%. Adapun lima aset terbesar produk ini di antaranya INDOIS 24, INDOIS 25, INDON 19, INDON 20, dan INDON 22.
Anil mengakui, saat ini perusahaan tengah mencermati situasi. Mulai dari arah kebijakan Trump, kondisi politik dalam negeri, pergerakan harga minyak, dan yield US Treasury. "Kami bisa berubah haluan. Porsi kas besar sehingga kami siap belanja," ujarnya.
Per 3 Januari 2017, Ashmore Dana USD Nusantara sudah diperdagangkan dengan nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP) senilai US$ 1,16. Reksadana pendapatan tetap ini telah mengantongi dana kelolaan sebanyak US$ 3,25 juta per November 2016.
Nah, investor yang berminat mengoleksi produk tersebut dapat melakukan pembelian awal minimal US$ 100. Investasi selanjutnya juga minimum US$ 100. Perusahaan mengutip biaya pembelian maksimal 1,5%, biaya penjualan maksimum 1% dan biaya pengalihan maksimal 1%.
Ada pula jasa manajer investasi maksimum 1,5% per tahun dan biaya bank kustodian maksimal 0,25% per tahun. Reksadana yang meluncur sejak 10 Maret 2014 ini menggunakan bank kustodian HSBC cabang Jakarta.
Wawan Hendrayana, Senior Research and Investment Analyst Infovesta Utama berpendapat, kinerja Ashmore Dana USD Nusantara sepanjang tahun 2016 ditopang oleh aksi pelonggaran kebijakan moneter dari Bank Indonesia (BI). Pada tahun 2016, BI sudah memangkas BI rate empat kali dan BI 7 - Day reverse repo rate tiga kali.
Kendati demikian, Wawan menduga, rata-rata return reksadana pendapatan tetap berdenominasi dollar AS pada tahun 2017 akan berkisar 3% - 4% dengan asumsi manajer investasi menerapkan strategi hold instrumennya.
Maklum, peluang penurunan suku bunga acuan dalam negeri sudah terbatas. "Justru ada kekhawatiran suku bunga acuan Federal Reserve bakal naik tiga kali tahun ini. Kinerja produk tersebut tidak akan setinggi tahun lalu," jelasnya.
Namun, jika manajer investasi aktif jual beli instrumen dengan timing yang tepat, maka ada peluang meraup return melebihi prediksi tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News