Reporter: Nadya Zahira | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (5/6). Mengutip Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup turun 0,41% ke posisi Rp 16.287 per dolar AS.
Sejalan, rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), juga melemah 0,38% ke level Rp 16.282 per dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan, sentimen yang membuat rupiah melemah salah satunya yakni, lantaran data terbaru dari Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja (JOLTS) menunjukkan penurunan signifikan sebanyak 296.000 menjadi 8,059 juta pada akhir April 2024. Angka tersebut terendah sejak Februari 2021.
“Penurunan ini menambah kekhawatiran pasar setelah laporan indeks manajer pembelian dan penurunan peringkat produk domestik bruto yang lemah,” ujar dia dalam riset harian, Rabu (5/6).
Baca Juga: Catat Prediksi Rupiah di Hari Ini (6/6) Setelah Tertekan di Tengah Pekan
Ibrahim menilai, pelaku pasar saat ini berfokus pada laporan ketenagakerjaan AS yang akan dirilis pada Jumat (7/6), dan diperkirakan ada 185.000 lapangan kerja baru tercipta pada Mei, naik dari 175.000 per April. Namun, data nonfarm payrolls akan menjadi indikator kunci pasar tenaga kerja AS.
Dia menambahkan, The Fed dijadwalkan akan mengadakan pertemuan pada pekan depan dan diperkirakan mempertahankan suku bunga tetap stabil di tengah tekanan inflasi. CME FedWatch Tools menunjukkan pedagang kian bertaruh pada penurunan suku bunga di September mendatang.
Sedangkan sentimen dari dalam negeri, Ibrahim bilang, datang dari pemerintah yang telah menetapkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk tahun anggaran 2025 di kisaran 2,45%-2,82%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan target defisit 2024 sebesar 2,29%.
“Defisit yang melebar tersebut mempertimbangkan kebutuhan untuk melanjutkan program-program pemerintahan Presiden Joko Widodo serta peningkatan pembayaran bunga utang,” kata dia.
Menurut dia, dengan belanja yang berbasis utang, maka penting untuk memastikan belanja modal dapat menghasilkan pendapatan yang cukup untuk membayar kembali utang tersebut. Selain itu, ruang belanja yang lebih tinggi di APBN 2025 berpotensi mempersempit fleksibilitas anggaran pemerintahan baru.
“Pemerintahan baru juga harus menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 paling lambat tiga bulan setelah pelantikan,” kata Ibrahim.
Dengan faktor-faktor tersebut, Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif pada rentang Rp 16.270 sampai dengan Rp 16.340 per dolar AS, pada perdagangan hari ini (6/6).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News