Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa saham semakin bergairah pada kuartal 4 2021. Saat bursa dalam tren positif, banyak saham lapis kedua dan ketiga yang layak menjadi tempat investasi.
Saham lapis kedua dan ketiga adalah saham dengan nilai kapitalisasi pasar menengah dan kecil. Kinerja saham berkapitalisasi pasar kecil dan menengah mencatatkan kinerja yang positif dari awal tahun hingga Jumat (8/10).
Mengutip data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IDX SMC Liquid naik 9,23% secara year to date (ytd) dan IDX SMC Composite naik 23,25% ytd. IDX SMC Liquid merupakan indeks yang mengukur kinerja harga dari saham-saham dengan likuiditas tinggi yang memiliki kapitalisasi pasar kecil dan menengah.
Saham kapitalisasi pasar kecil dan menengah dengan kinerja bagus antara lain LPPF, LINK, ITMG, HEAL, ERAA, ADRO, JPFA. Harga saham LPPF, LINK, ITMG, HEAL, ERAA, ADRO, JPFA sepanjang tahun ini meningkat di atas 25%. Bahkan sama yang mencatatkan kenaikan harga mendekati 100% secara ytd.
Harga saham PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) per 8 Oktober 2021 Rp 2.530. Harga saham LPPF menjadi saham dengan kinerja tertinggi dengan penguatan 98,43% ytd dalam IDX SMC Liquid. Disusul harga saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menguat 79,42% menjadi Rp 24.850.
Harga saham PT Link Net Tbk (LINK) naik 63,90% ytd menjadi Rp 3.950. Harga saham PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) naik 60,76% ytd menjadi Rp 1.135. Harga PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) naik 38,36% ytd menjadi Rp 4.400.
Selanjutnya barga saham PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) naik 35,23%. Harga saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) melesat 26,92% ytd. Harga saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) naik 26,92% ytd.
Baca Juga: IHSG berpotensi melaju lagi pada Senin (11/10), saham-saham ini bisa dicermati
Associate Director of Research and Investment Maximilianus Nico Demus mengatakan, saham-saham yang melesat tersebut sejalan dengan optimisme pemulihan ekonomi yang terjadi di Indonesia.
Hal ini tercermin dari PMI Manufacturing yang kembali ke level ekspansi, cadangan devisa yang naik jadi US$ 146,9 miliar pada September, serta inflasi yang mengalami kenaikkan, meski inflasi inti masih turun tipis.
Nico memandang, data-data tersebut memberikan sebuah gambaran bahwa pemulihan kian terakselerasi lebih cepat, apalagi setelah PPKM diperlonggar. Menurutnya, kondisi ini membuat dana investasi pun berpindah, dari sebelumnya obligasi menjadi saham.
Tak hanya itu, pemulihan ekonomi juga didukung oleh kenaikkan harga komoditas sebagai akibat gagalnya transformasi energi dari fosil menjadi energi terbarukan di Inggris, China, dan Australia.
“Ini yang membuat kebutuhan akan batu bara kembali meningkat, sehingga mendorong harga batubara mengalami kenaikkan,” ujarnya pada Kontan.co.id, Minggu (10/10).
Terlebih China yang mendapat mandat untuk mengamankan pasokan menjelang musim dingin. Dengan demikian, Nico bilang, harga batubara menjadi kian mahal dan turut mengerek harga saham ADRO dan ITMG dalam waktu yang singkat.