Reporter: Yuliana Hema | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham blue chip di Bursa Efek Indonesia (BEI) layak untuk dicermati setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencetak rekor tertinggi.
IHSG kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa alias all time high pada intraday perdagangan Rabu (13/3) di level 7.441,61 pada pukul 14:52 WIB.
Meski melandai, IHSG mampu bertahan di atas level 7.400 hingga akhir perdagangan Rabu (13/3). IHSG ditutup menguat 0,53% atau naik 39,30 poin ke level 7.421,20.
Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Miftahul Khaer menjelaskan penguatan IHSG beberapa hari ini, tidak terlepas dari menguatkan mayoritas bursa saham di kawasan Asia dan Global.
Selain itu, data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indonesia pada Februari 2024 juta berada di level 123,1 masih menjadi pertanda bahwa masyarakat Indonesia masih cukup optimistis.
"Pengumuman pembagian dividen dari bank negara dan rencana pembagian dividen dari PTBA juga akan menambah antusias para pelaku pasar belakangan ini," kata Mifta kepada Kontan.co.id, Rabu (13/3).
Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas mencermati penguatan IHSG didorong oleh euforia pembagian dividen yang telah dimulai.
Terpantau saham-saham dengan kapitalisasi besar atau big caps menjadi mendorong pergerakan IHSG. Dorongan terbesar penguatan IHSG berasal dari entitas Grup Barito, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), TPIA menguat 11,7% ke level Rp 6.225 per saham. Dengan kapitalisasi pasar Rp 539 triliun, TPIA berhasil menyumbang 20,69 poin terhadap pergerakan IHSG.
Disusul, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) berkontribusi 13,67 poin. Kemudian ada PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang masing-masing menyumbang 8,50 poin dan 5,82 poin terhadap IHSG.
Baca Juga: Prediksi IHSG Hari Ini Rabu (13/3) Naik, Cek Saham yang Bisa Dibeli, Ada Blue Chip!
Nico bilang kalau dicermati, sebenarnya telah jadi rotasi sektor. Setiap bulannya bahkan setiap minggu. Namun akhir-akhir ini, saham perbankan menjadi incaran karena pembagian dividen.
Hal itu tentu mendorong kenaikan kapitalisasi pasarnya. Ambil contoh, BBRI bahkan sudah berhasil mengambil posisinya sebagai saham dengan kapitalisasi terbesar kedua di BEI.
BBRI berhasil menggeser kapitalisasi saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). Per Rabu (13/3), market cap BREN mencapai Rp 823 triliun, yang berada di bawah BBRI sebesar Rp 960 triliun.
Investment Consultant Reliance Sekuritas Reza Priyambada menilai, euforia saham-saham grup Prajogo Pangestu mulai berkurang. Bukan berarti kinerjanya tidak menarik.
Umumnya, pelaku pasar transaksi saham tentu diikuti dengan sentimen dan prospek yang ada. Misalnya, di saat harga saham grup Prajogo menguat malah ada teguran dari BEI.
"Pelaku pasar bisa jadi berpikir daripada nanti saham-saham tersebut di suspensi dan tidak bisa di perdagangan mending cari saham lain," katanya.
Di tengah euforia ini, masih ada beberapa saham big caps yang bisa dicermati oleh investor. Reza menjagokan saham BBCA dengan target harga Rp 11.150 per saham, BBRI dengan target Rp 7.250 per saham, BREN di Rp 7.250 per saham, AMMN di Rp 8.900 per saham, dan TLKM di Rp 4.500 per saham.
Kemudian saham big caps jagoan Nico jauh pada BBCA, BBRI, BMRI, BBNI dan TLKM. Sementara itu saham pilihan Kiwoom Sekuritas pada ASII dengan rekomendasi beli dan target harga di Rp 5.600 per saham.
Informasi saja, saham BBCA, BBRI, BMRI, BBNI dan TLKM merupakan saham-saham yang terdaftar di Indeks LQ45. Saham ini biasanya juga dikenal sebagai saham blue chip di BEI.
Saham blue chip adalah saham dengan fundamental kuat dan nilai kapitalisasi pasar besar, mencapai puluhan hingga ratusan triliun rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News