Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Hasil pemilihan presiden (pilpres) 2014 sedikit banyak sudah bisa diketahui. Berdasarkan hasil perhitungan cepat (quick count) di sejumlah survei, Joko Widodo alias Jokowi memimpin atas rivalnya Prabowo Subianto.
Salah satunya adalah survei yang dilakukan oleh Saiful Mujani Research & Consulting yang menunjukkan kemenangan Jokowi sebesar 54,25% dari Prabowo Subianto sebesar 45,75%. Hasil survei ini berdasarkan pada 53,38% suara yang masuk setelah pilpres ditutup pukul 13.00 WIB.
Sedangkan hasil Lingkaran Survei Indonesia menunjukkan, Jokowi unggul 8% dengan prosentase 64,9%.
Nah, jika merujuk hitung cepat litbang Kompas, Rabu (9/7) pasangan Joko Widodo-JK memimpin suara di separuh sampel yang masuk. Artinya, posisi suara yang masuk belakangan lebih cenderung stabil dan tidak berubah. Di sampel masuk 71% dari 2000 tempat pemungutan suara (TPS), pasangan Jokowi-JK memperoleh 53,28%. Sementara pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa memperoleh suara 46,72%.
Bagaimana pergerakan rupiah jika Jokowi benar-benar memenangkan pilpres 2014 kali ini?
Sebagaimana yang ditulis dalam riset Morgan Stanley yang diterima Kompas.com, Selasa (1/7/2014), disebutkan bahwa pelaku pasar berharap figur reformis, Joko Widodo memenangkan pilpres yang akan datang.
Sebaliknya, jika Prabowo Subianto menang hal itu akan memberi dampak yang kurang bagus terhadap pasar finansial. Akibatnya, akan banyak pelarian modal ke luar negeri dan rupiah diprediksi akan melorot hingga Rp 12.300 per dollar AS.
"Jokowi memenangkan pilpres, akan memberi kepastian terhadap pasar valas. Tapi sebaliknya, jika Prabowo menang, hal itu akan memicu capital outflow, dan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot kami perkirakan mencapai Rp 12.300 per dollar AS," tulis Morgan Stanley.
Para investor menilai Jokowi merupakan sosok yang reformis dan bakal mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang produktif. "Pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti India, akan terus berlangsung. Jika ada kebijakan yang mampu mendorong produktifitas, pertumbuhan ekonomi akan terus terjaga," lanjut riset itu.
Sedangkan Jeffery Halley, senior manager FX trading Saxo Capital Markets menilai, Jokowi merupakan kandidat yang disukai pelaku pasar. "Jika Jokowi menang, rupiah akan reli ke level 11.500. Sebaliknya, jika Prabowo menang, rupiah akan melemah yang diikuti oleh penjualan aset-aset di Indonesia," kata Halley.
Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) A. Prasetyantoko berpendapat, hari-hari menjelang pilpres market agak optimis sehingga rupiah menguat hingga 11.600. Hal tersebut lantaran exit poll luar negeri yang menangkan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden.
Kunci pasar adalah pada exit poll dan quick count Indonesia. Kalau ternyata trendnya sama dengan exit poll luar negeri maka penguatan rupiah akan terus berlanjut. "Bisa berpotensi menuju ke 11.500," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (8/7).
Namun kalau tidak sesuai ekspetasi pasar, maka rupiah bisa mendekati level 12.000. Sekedar gambaran, kurs tengah BI pada Selasa kemarin (8/7) sebesar 11.695. Nilai ini menguat dibanding hari sebelumnya yang 11.787 dan 11.887 per dolar AS. (Sumber: Riset KONTAN)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News