Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi kelebihan pasokan semen masih bisa terjadi sepanjang tahun 2019 mendatang, sehingga mengancam kinerja keuangan emiten-emiten di sektor tersebut. Sejumlah upaya dapat menjadi opsi agar dampak sentimen tersebut bisa diminimalisir.
Menurut Analis NH Korindo Sekuritas, Selvi Ocktaviani, karena margin laba para pemain semen berpotensi turun tajam di tengah kelebihan pasokan yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir, konsolidasi dapat menjadi opsi bagi emiten-emiten di sektor tersebut demi meningkatkan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) semen.
Upaya tersebut sudah dilakukan oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) yang mengakuisisi 80,6% saham milik PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) dengan nilai mencapai US$ 917 juta.
Selain meningkatkan ASP semen, konsolidasi antara SMGR dan SMCB akan berpengaruh aspek pangsa pasar. Per September 2018, pangsa pasar SMGR berada di level 39,6% sedangkan SMCB di level 15,2%. Alhasil, adanya akuisisi membuat pangsa pasar SMGR meningkat menjadi 54,8%.
Tak hanya itu, konsolidasi juga membuat biaya distribusi penjualan yang dilakukan oleh emiten semen menjadi lebih efisien. “Perusahaan akan memperoleh aset yang sudah siap dan tidak perlu membangun bisnis dari awal lagi, sehingga menguntungkan dari segi waktu,” ungkap Selvi, Jumat (23/12).
Senada, Analis Mirae Asset Sekuritas, Mimi Halimin berharap, konsolidasi SMGR dan SMCB dapat memicu aksi serupa di antara produsen semen kecil. Sebab, perusahaan kecil cenderung rentan mengalami kerugian karena tekanan harga jual yang rendah akibat kelebihan pasokan semen serta tingginya biaya produksi.
Mimi memperkirakan, pertumbuhan permintaan semen domestik hanya akan mencapai kisaran 5% (yoy) menjadi 73,6 juta ton pada tahun depan. Di saat bersamaan, pasokan semen domestik kemungkinan bisa mencapai 113 juta ton.
Lebih lanjut, konsolidasi bukan satu-satunya upaya untuk mengantisipasi dampak kelebihan pasokan semen yang masih bisa terjadi di tahun depan.
Selvi bilang, pemain semen juga bisa meningkatkan penjualan semen di pasar ekspor atau mendiversifikasi jenis produk. Tak hanya itu, emiten juga bisa melakukan kerja sama dengan perusahaan konstruksi sebagai penyuplai semen untuk kebutuhan proyek infrastruktur.
Selvi pun cenderung menjagokan PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) sebagai emiten semen yang berpeluang meraih kinerja apik di tahun depan lantaran porsi utang yang kecil. Kondisi ini membuat beban bunga perusahaan juga kecil sehingga memudahkan langkah dalam berekspansi. Ia merekomendasikan hold saham INTP dengan target Rp 19.950 per saham.
Adapun Mimi memfavoritkan SMGR di tahun depan dan merekomendasikan hold dengan target Rp 12.800 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News