Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dessy Rosalina
KONTAN.CO.ID - Perusahaan manufaktur kayu PT Tirta Mahakam Resource Tbk (TIRT) tahun ini menargetkan penjualan kayu atau ekspor sebanyak 133.000 meter kubik (m3) atau sekitar US$ 81,50 juta. Agar bisa mencapai target dan mencetak kinerja lebih baik, TIRT membidik kawasan Australia sebagai pasar baru.
Niat tersebut muncul setelah Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) mulai membuka pasar ekspor kayu ke Australia. Dalam artikel KONTAN beberapa waktu lalu, APHI melihat Australia memiliki ketertarikan terhadap kayu Indonesia yang telah memiliki Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK).
Djohan Surja Putra, Corporate Secretary PT Tirta Mahakam Resource Tbk, mengatakan, dibukanya keran ekspor kayu ke Australia menjadi sentimen positif bagi bisnis TIRT. "Memang ada niat untuk mempromosikan polyester plywood ke Australia," kata Djohan, Jumat (8/9).
Alasan TIRT berniat masuk ke pasar Australia adalah karena kebutuhan spesifikasi kayu di pasar Australia hampir sama dengan Jepang. Maklum, Jepang sudah lama menjadi tujuan ekspor dan menyumbang kontribusi cukup besar bagi pendapatan TIRT.
Djohan mengatakan, saat ini permintaan kayu lapis dari Jepang relatif stabil. "Diperkirakan jumlah permintaan plywood sama dengan tahun lalu, sebesar 225.000 m³ per bulan atau sekitar 2.700.000 m³ per tahun untuk semua jenis plywood," kata Djohan.
Produk baru
Saat ini, negara tujuan ekspor TIRT adalah Jepang, Jerman, Inggris, India, Filipina dan Amerika Serikat. Berbagai kesempatan untuk memperluas ekspor selalu dilakukan. Sebelumnya, pada semester I-2017, TIRT sempat menjajaki ekspor baru ke kawasan Eropa Timur. Namun terkendala karena ekonomi negara-negara di kawasan tersebut tengah tertekan.
Meski ekonomi Eropa cenderung membaik seiring indikasi pelonggaran stimulus ECB (European Central Bank), tapi TIRT belum mendapat respons dari negara tujuan ekspor untuk merealisasikan penjualan.
Selain ekspansi ekspor, TIRT juga meluncurkan produk baru. "Saat ini produk barunya marine plywood sedang dalam proses sertifikasi," kata Djohan. Produk lain yang sudah dipasarkan yaitu floorbase, general plywood, concrete panel, blockboard, polyester plywood dan polyester blackboard.
Pengembangan produk dalam penggunaan bahan dasar kayu juga dlakukan. Saat ini TIRT sedang menggunakan kayu sengon sebagai bahan pembuatan blockboard. Djohan mengatakan penggunaan kayu sengon bertujuan untuk menghasilkan produk yang tebal dan ringan.
Selain itu, TIRT juga sedang mengembangkan produk polyester sebagai produk berjenis premium. Menurut Djohan, saat ini di Indonesia baru ada tiga pabrik yang mampu membuatnya.
Djohan meyakini prospek bisnis TIRT masih menjanjikan. Faktor pendorongnya adalah substitusi produk yang belum berkembang dengan baik. Pasokannya juga semakin berkurang. "Supply dari Malaysia berkurang karena mereka kesulitan raw material, hal ini bisa menjadi katalis positif," kata Djohan. Selain itu, permintaan kayu untuk produk spesial juga diperkirakan akan terus mengalami kenaikan.
Di semester I-2017, TIRT membukukan laba bersih Rp 10,13 miliar, turun 85,74% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sementara pendapatan bersih TIRT mencapai Rp 342,69 miliar atau turun 21,06%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News