Reporter: Harry Muthahhari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengalami kerugian sebesar US$ 213 juta pada tahun 2017. Kerugian ini diakibatkan oleh kenaikan beban usaha perusahaan. Tahun lalu, beban usaha Garuda tercatat US$ 4,2 miliar, naik 13,51% dari periode yang sama tahun 2016.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia Helmi Iman Satriyono menjelaskan beban terbesar berasal dari konsumsi bahan bakar dan biaya sewa pesawat. “Sekitar 30% dari total beban itu berasal dari fuel, lalu biaya sewa pesawat sekitar 26%,” katanya saat dihubungi Kontan.co.id pada Selasa (24/4).
Untuk menekan beban usaha itu, perusahaan akan melakukan negosiasi dengan para vendor penyedia bahan bakar di pasar internasional. Negosiasi itu berupa upaya mencari penyedia bahan bakar aftur yang lebih murah. “Alhamdulillah sampai saat ini cukup dapat,” kata Helmi.
Selanjutnya untuk menekan biaya sewa, pihaknya telah mengubah kontrak sewa 12 pesawat yang dan berhasil menekan biaya sewa 12 pesawat tersebut hingga 25%. Kontrak yang diganti yakni dengan memperpanjang masa sewa agar biaya sewa bisa turun, misalnya dari sebelumnya 10 tahun menjadi 12 tahun.
Terkait usia pesawat, Helmi yakin memperpanjang masa sewa bukan menjadi suatu masalah bagi perusahaan. Sebab, saat ini rata-rata usia armada Garuda Indonesia cukup muda yakni enam tahun delapan bulan. “Kalau kita bandingkan dengan Singapore Airlines itu rata-rata usia pesawat sudah menginjak tujuh tahun-delapan tahun,” tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News