kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini sejumlah rencana Mitratel (MTEL) setelah melantai di BEI


Jumat, 26 November 2021 / 17:12 WIB
Ini sejumlah rencana Mitratel (MTEL) setelah melantai di BEI
ILUSTRASI. Mitratel (MTEL) berencana membangun 3.000 menara baru dalam jangka waktu empat tahun ke depan.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Usai melaksanakan initial public offering (IPO) dengan kepemilikan menara mencapai 28.030 unit, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) berencana terus menambah portofolio menaranya. Emiten berkode saham MTEL ini akan meningkatkan aset menaranya baik melalui ekspansi organik maupun anorganik.

Untuk ekspansi organik, MTEL berencana membangun 3.000 menara baru dalam jangka waktu empat tahun ke depan. Lokasi pembangunannya akan bergantung dengan kebutuhan operator seluler.

Meskipun begitu, MTEL juga tidak bisa sembarangan memenuhi permintaan pembangunan menara. Direktur Investasi MTEL Hendra Purnama mengatakan, MTEL hanya akan memenuhi permintaan untuk membangun menara baru jika operator yang bersangkutan menjadi anchor tenant di menara tersebut.

Untuk ekspansi anorganik, anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) ini berencana mengakuisisi 6.000 menara dalam dua sampai tiga tahun ke depan. "Kami harapkan akuisisi menaranya bisa dari Telkomsel dan tower operator lain," ungkap Hendra kepada Kontan.co.id, Jumat (26/11).

Baca Juga: Mitratel (MTEL) klaim paling siap melayani ekspansi operator di luar Jawa

Menurut dia, MTEL sudah mempunyai beberapa nama perusahaan penyedia menara yang berpotensi diakuisisi. Akan tetapi, hal tersebut masih menjadi rahasia internal sehingga belum dapat diinformasikan ke publik.

Dana ekspansi organik maupun anorganik ini bakal bersumber dari dana hasil IPO. Sebagaimana diketahui, dari dana perolehan IPO yang mencapai Rp 18,79 triliun, sebesar 90% memang akan digunakan MTEL untuk belanja modal.

Nah, dari jumlah tersebut, sekitar 44% bakal digunakan untuk pengembangan organik, seperti menambah kolokasi, membangun menara baru, membangun site baru, serta ekspansi layanan digital dan fiber. Sementara itu, sebesar 56% akan dimanfaatkan MTEL untuk pengembangan anorganik, salah satunya melalui akuisisi menara.

Selain menambah portofolio kepemilikan menara, MTEL juga akan memperluas pangsa pasarnya. Hendra yakin, menara yang dimiliki saat ini memberikan keunggulan tersendiri bagi MTEL untuk bersaing dengan kompetitor lainnya.

Baca Juga: Mitratel (MTEL) bakal akuisisi 6.000 menara dari Telkomsel & penyedia menara lainnya

Sebagai gambaran, saat ini MTEL memiliki 28.030 unit menara dengan 42.016 penyewaan yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebanyak 57% dari total menara tersebut terletak di luar pulau Jawa. Sekitar 54%-55% pendapatan MTEL berasal dari penyewaan menara yang dilakukan Telkomsel, sedangkan sisanya dari Indosat Ooredoo, XL Axiata, dan Hutchison 3 Indonesia masing-masing sekitar 10%.

Dengan banyaknya jumlah menara di luar Pulau Jawa, Hendra optimis MTEL dapat menggaet lebih banyak penyewaan, mengingat operator telekomunikasi tengah gencar mengembangkan jaringan ke luar pulau Jawa. Oleh karena itu, MTEL akan terus menjalin komunikasi dengan para operator telekomunikasi dan menawarkan layanannya.

"Kami punya tim untuk menganalisis kekuatan sinyal operator. Misalnya di lokasi yang sama, ada operator yang sinyalnya lemah, tetapi yang lainnya kuat. Setelah itu, MTEL akan menawarkan ke operator yang sinyalnya lemah untuk memperkuat jaringannya di lokasi tersebut dengan menambah peralatan di menara kami," tutur Hendra.

Dari segi lokasi, menara-menara MTEL juga punya daya tawar  tersendiri dibanding penyedia menara lainnya. Menurut Hendra, sebanyak 66% menara MTEL berada di lokasi yang eksklusif karena belum ada menara dari kompetitor lainnya dalam radius 1 kilometer.

Baca Juga: Mitratel kantongi kontrak backlog sewa menara Rp 30,7 triliun sampai 2030

Sejalan dengan rencana penambahan jumlah menara dan perluasan pangsa pasar tersebut, MTEL menargetkan, tenancy ratio dapat meningkat dari level saat ini yang sebesar 1,57 kali.  "Pada tahun 2025, tenancy ratio MTEL ditargetkan bisa mencapai 1,8 kali, sejajar dengan perusahaan menara yang lain," ucap Hendra.

Ia optimistis, peluang pertumbuhan perusahaan menara telekomunikasi masih terbuka lebar seiring dengan kebutuhan menara yang masih signifikan. Mengutip Analysys Mason, jumlah penyewaan dalam lima tahun ke depan diperkirakan bertambah sekitar 56.000 dengan penambahan menara baru sebanyak hampir 30.000 unit dari total menara di Indonesia yang saat ini mencapai sekitar 100.0000 unit.

Dari segi kinerja keuangan, MTEL menargetkan pendapatan perusahaan dapat tumbuh sekitar 11% setiap tahunnya dalam dua sampai tiga tahun ke depan. Begitu juga dengan EBITDA yang dibidik dapat meningkat sekitar 13% per tahun.

Sebagai informasi, dalam tiga tahun terakhir,  MTEL menunjukkan pertumbuhan kinerja yang tergolong konsisten, baik dari segi top line maupun bottom line.

Baca Juga: Harga saham beberapa emiten baru terus turun, simak rekomendasi analis berikut

Pendapatan Mitratel pada 2018 ke 2019 meningkat 17,92% year on year (yoy), dari Rp 4,52 triliun menjadi Rp 5,33 triliun. Kemudian, pendapatan Mitratel tahun 2019-2020 tumbuh 16,14% yoy, dari Rp 5,33 triliun menjadi Rp 6,19 triliun.

Dari segi bottom line, laba periode berjalan Mitratel pada 2018 ke 2019 naik 9,74% yoy, dari Rp 449,6 miliar menjadi Rp 493,4 miliar. Lalu, pada 2019 ke 2020, laba periode berjalan Mitratel meningkat 22% yoy, dari Rp 493,4 miliar menjadi Rp 602 miliar.

Sementara itu, sepanjang enam bulan pertama 2021, Mitratel membukukan total pendapatan Rp 3,23 triliun atau naik 11% dibandingkan pendapatan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 2,91 triliun. Laba periode berjalan Mitratel per Juni 2021 melesat 355,88% yoy, dari Rp 153,7 miliar menjadi Rp 700,7 miliar.

Sampai dengan tahun 2030, Mitratel juga sudah mengantongi kontrak backlog sewa menara telekomunikasi sekitar Rp 30,7 triliun. Hal ini sejalan dengan model bisnis menara telekomunikasi yang pemasukannya didasarkan pada kontrak jangka panjang (biasanya 10 tahun) dengan pembayaran sewa menara per bulan.

Baca Juga: Harga saham sulit naik, pelajaran berharga dari IPO emiten jumbo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×