kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini sejumlah penyebab kenaikan harga bitcoin selain Halving Day


Jumat, 15 Maret 2019 / 18:15 WIB
Ini sejumlah penyebab kenaikan harga bitcoin selain Halving Day


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan bitcoin masih menarik perhatian pelaku pasar. Apalagi potensi kenaikan harga bitcoin semakin menggiurkan untuk dibeli. Siklus Halving Day jadi salah satu faktor kenaikan harga bitcoin. Namun ada juga sejumlah faktor lainnya yang mengerek harga bitcoin.

Vinsensius Sitepu, pengamat sekaligus investor aset kripto mengatakan, kondisi pasar mata uan kripto, yakni bitcoin masih datar. Dia menuturkan, dalam rentang tiga bulan terakhir, harga bitcoin bergerak di rentang US$ 3.200 sampai US$ 3.925 per BTC.

Dari pergerakan harga tersebut, memang ada kenaikan sekitar 22,6%. Tetapi, Vinsensius melihat dalam rentang waktu setahun bitcoin masih terjerembab hingga 50% dari US$ 7.867 per BTC pada 15 Maret 2018 lalu.

“Dalam satu tahun pasar masih merespon secara lemah atau dengan kata lain permintaannya tidak terlampau signifikan. Jadi, belum ada daya dorong eksternal dan internal untuk menaikkan harga bitcoin melampaui harga satu tahun lalu. Setahun terlihat tidak menarik bagi investor tapi tiga bulan terakhir ini masih baik,” ujar Vinsensius kepada Kontan.co.id, Jumat (15/3).

Ketertarikan investor masuk di bursa kripto, khususnya bitcoin juga turut dipengaruhi harga yang naik. Salah satu penyebab harga bitcoin naik, Vinsensius bilang karena siklus Halving Day.

Halving Day memang jelas memiliki pengaruh ke kenaikan harga bitcoin karena memungkinkan jumlah suplai bitcoin berkurang,” tandasnya.

Vinsensius menjelaskan, Halving Day merupakan mekanisme baku di system blockchain bitcoin. Dimana setiap empat tahun sekali suplai bitcoin berkurang setengah setiap 10 menit. Nah, sekarang jumlah bitcoin baru yang beredar sekitar 12,5 btc per 10 menit. Tahun 2020, sekitar bulan Mei, suplai akan berkurang 6,25% dan akan berkurang setiap empat tahun berikutnya.

“Ketika jumlah edaran bitcoin berkurang, dan diikuti permintaan yang bertambah maka harga akan naik. Saat ini yang beredar baru 17,589.325 btc. Diperkirakan hingga 21 juta tahun 2140,” imbuh Vinsensius lagi.

Tak hanya pengaruh Halving Day, Vinsensius juga optimis harga bitcoin bisa melebihi puncak tertingginya, Desember 2017 sebesar US$ 20.000. Dia menyebut ada beberapa faktor pendorongnya, seperti Fidelity Digital Assets yang menyediakan layanan custodian dan perdagangan bitcoin bagi investor besar.

Termasuk pengelola investasi, dana penisun, kantor keluarga dan dana abadi. “Pada 7 Maret lalu, Fidelity menyebut layanan itu sudah berjalan untuk sejumlah klien tertentu,” pungkas Vinsensius.

Kemudian faktor produk bitcoin berjangka di Chicago Mercantile Exchange (CME) yang menjualbelikan 18.338 kontrak bitcoin berjangka bulan lalu. OJK AS tahun ini juga dilihat Vinsensius akan menyetujui produk bitcoin ETF (exchange traded fund) diperdagangkan di pasar saham.

“Soal produk bitcoin berjangka, Nasdaq juga akan mengikuti dan sedang mendekati SEC untuk izinnya,” kata Vinsensius.

Untuk itu, Vinsensius meyakini bahwa tahun ini merupakan waktu yang tepat untuk masuk dan melakukan akumulasi bitcoin. Pasalnya pasar bitcoin diakuinya sangat likuid dan market cap mendominasi seluruh pasar mata uang kripto.

Hari ini bitcoin diperdagangkan di level US$ 3,921 per btc. Sepanjang Januari hingga kini, harga naik 5,83%. Sementara sepanjang tahun 2018, harga bitcoin naik 267,66%.
“Sekitar US$ 68,8 miliar market cap bitcoin saat ini mendominasi 50% terhadap seluruh aset kripto,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×