kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini Saham Pilihan di Tengah Rekor Baru IHSG


Kamis, 10 Februari 2022 / 07:20 WIB
Ini Saham Pilihan di Tengah Rekor Baru IHSG


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup di level all-time high pada perdagangan Rabu (9/2) dengan kenaikan 0,66% ke posisi 6.834,60. Level penutupan all-time high sebelumnya dicapai pada Senin (7/2) ketika IHSG berakhir di level 6.804,93.

Performa IHSG dalam beberapa hari terakhir ini memperlihatkan bahwa sentimen kasus Covid-19 yang meningkat belum terlalu kuat untuk menyeret IHSG ke zona merah secara signifikan.

Perlu diketahui, Satgas Penanganan Covid-19 pada Selasa (8/2) mengumumkan, penambahan kasus Covid-19 saat ini 2,5 kali lebih cepat dibanding saat gelombang kedua terjadi. Pada masa lonjakan kedua, butuh waktu 8 minggu untuk mencapai kondisi kasus yang setara dengan saat ini, sedangkan penambahan saat ini hanya dicapai dalam waktu 3 minggu saja.

Baca Juga: Wall Street Menguat Jelang Laporan Inflasi AS Esok

Saat puncak gelombang kedua yang terjadi pada Juli 2021, kasus harian tertinggi berada di angka 56.757 kasus. Sementara itu, pada Selasa (8/2), penambahan kasus harian sudah berada di angka 37.492 kasus.

Analis MNC Sekuritas Rifqi Ramadhan mengatakan, penambahan kasus Covid-19 sedikit banyak tetap akan mempengaruhi reaksi pasar. Akan tetapi, menurutnya, pelaku pasar saat ini sudah mulai terbiasa dengan peningkatan kasus Covid-19. Ia berkaca pada pergerakan IHSG saat gelombang kedua Covid-19 terjadi yang juga tidak terkoreksi terlalu dalam.

Analis FAC Sekuritas Indonesia Patrick Jorghy Manek juga menilai, laju IHSG masih akan terus dibayangi tingginya penambahan kasus Covid-19 yang mengakibatkan pemberlakuan PPKM level 3 di sejumlah daerah di Indonesia. Pelaku pasar agak khawatir, apabila PPKM terus berlanjut, maka bisa berdampak ke perekonomian masyarakat yang baru saja pulih.

Akan tetapi, di sisi lain, ada dua sentimen positif yang menyokong kinerja IHSG saat ini. Bahkan, menurut Patrick, sentimen ini dapat menjadi faktor pendorong IHSG untuk melanjutkan tren kenaikannya.

Baca Juga: IHSG Gagah Perkasa di Akhir Perdagangan Rabu (9/2)

Pertama, ekonomi Indonesia yang tumbuh 5,02% secara year on year (yoy) pada kuartal keempat 2021, lebih tinggi dari konsensus pasar yang sebesar 4,9%. Kedua adalah rilis laporan keuangan tahunan 2021 beberapa emiten yang mencatatkan kinerja positif.

Salah satu sektor yang memperlihatkan kinerja ciamik adalah perbankan. Sebagai contoh, sepanjang 2021, laba bersih PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 15,82% yoy menjadi Rp 31,42 triliun dan laba bersih PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) melesat 66,5% yoy menjadi Rp 31,07 triliun.

Naiknya kinerja perbankan tersebut juga menjadi daya tarik investor asing sehingga terjadi foreign net inflow dalam beberapa hari terakhir dengan nilai lebih dari Rp 1 triliun per hari. Selain karena mencatatkan kinerja kuartal IV-2021 yang cukup baik, investor asing juga banyak menyasar sektor perbankan karena harga sahamnya masih belum terlalu premium.

Baca Juga: UPDATE Vaksinasi Covid-19 Per 9 Februari: Ada Penambahan 976.992 Dosis Vaksin

Lebih lanjut, Patrick melihat tren kinerja laporan keuangan positif ini juga akan ditorehkan oleh beberapa emiten dari sektor di luar perbankan. "Hal itu terlihat dari akselerasi aktivitas ekonomi setelah pengetatan akibat gelombang kedua Covid-19 di kuartal III-2021 yang mana pada kuartal IV-2021 kondisi perekonomian Indonesia jauh lebih baik," tutur Patrick.

Untuk jangka pendek dan menengah, FAC Sekuritas Indonesia  memproyeksi, IHSG akan cenderung mixed dan memiliki pergerakan yang lebih terbatas dengan rentang pergerakan di area 6.750-6.850. Sementara itu, untuk tahun 2022, MNC Sekuritas mempunyai tiga skenario target IHSG, yaitu bull case di level 7.650, base case 7.150, dan bear case 6.775.

Baca Juga: Jelang Rilis Inflasi AS, Rupiah Berpotensi Tertekan

Saham pilihan

Di tengah berbagai sentimen negatif maupun positif yang disebutkan di atas, Patrick menilai saham-saham emiten pertambangan batubara menarik untuk dikoleksi. Pasalnya,  krisis energi internasional dan permasalahan rantai pasok dapat membuat harga komoditas batubara meningkat.

Beberapa saham yang bisa dijadikan watchlist adalah PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dengan target harga Rp 2.450 per saham. PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) juga dapat dicermati dengan target harga jangka pendek-menengah di Rp 22.650 serta jangka panjang di Rp 24.000 per saham.

"Selain karena potensi kenaikan harga batubara, ADRO menarik karena belakangan ini banyak diakumulasi asing, sementara ITMG berpotensi memiliki yield dividen yang besar sejalan dengan adanya aksi jual saham treasury," tutur Patrick.

Selain dua saham tersebut, saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) juga menarik dikoleksi dengan target harga Rp 4.500 per saham. Menurutnya, apabila PPKM kembali diperpanjang, kinerja saham TLKM  tidak akan terlalu terdampak dan penggunaan data seluler akan kembali mengalami peningkatan.

Baca Juga: IHSG Diramal Kembali Menguat pada Kamis (10/2), Saham-Saham Ini Bisa Dilirik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×