kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini risiko di pasar obligasi korporasi beberapa waktu ke depan


Selasa, 22 Mei 2018 / 17:18 WIB
Ini risiko di pasar obligasi korporasi beberapa waktu ke depan
ILUSTRASI. Pasar modal


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi korporasi masih menyimpan risiko yang tinggi bagi para investor jika koreksi di pasar obligasi pemerintah terus-menerus terjadi. Selain itu, risiko pasar obligasi korporasi juga berasal dari kondisi perusahaan penerbit instrumen itu sendiri.

Enrico Tanuwidjaja, Head of Economics & Research Finance & Corporate Service UOB Indonesia berpendapat, dengan tingginya pertumbuhan volume transaksi obligasi korporasi hingga April lalu, ia optimistis pasar obligasi korporasi masih akan diminati oleh investor dalam beberapa waktu ke depan.

Asal tahu saja, data IDX menunjukkan sejak awal tahun volume transaksi obligasi korporasi di pasar sekunder tumbuh 80,99% (year to date/ytd) dari Rp 17,47 triliun di bulan Januari menjadi Rp 31,62 triliun per April lalu.

Namun, Enrico bilang, potensi penurunan volume transaksi tersebut cukup terbuka apabila pasar obligasi pemerintah terus terkoreksi. “Sekalipun tidak seburuk pasar obligasi pemerintah, kalau tekanannya berkelanjutan lama-lama pasar obligasi korporasi juga bisa koreksi,” ucapnya, Senin (21/5) lalu.

Sebagaimana diketahui, kinerja indeks obligasi korporasi yang tercermin dari INDOBeX Corporate Total Return terus menurun. Bahkan, hari ini (22/5) return indeks tersebut minus 0,22% (ytd) di level 252,6254.

Sedangkan menurut Analis Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra, peningkatan volatilitas pasar bukan menjadi risiko utama yang mempengaruhi volume transaksi obligasi korporasi. Justru menurutnya, risiko terbesar dari obligasi korporasi ada pada kondisi perusahaan atau emiten penerbit instrumen tersebut.

Ia memberi contoh, kebijakan kenaikan suku bunga acuan BI 7 Day Repo Rate berpotensi diikuti oleh kenaikan suku bunga kredit. Hal ini dapat menimbulkan risiko kredit macet di tengah daya beli masyarakat yang belum benar-benar pulih. Imbasnya, kinerja keuangan perbankan terancam menurun.

“Ketika kinerja suatu perusahaan menurun, bisa-bisa peringkat utangnya ikut turun sehingga mempengaruhi minat investor untuk membeli obligasi dari perusahaan tersebut,” papar Made, Selasa (22/5).

Dia menyarankan agar investor untuk lebih memperhatikan terlebih dahulu fundamental perusahaan penerbit obligasi sebelum membeli instrumen tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×