Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berjalannya program makan bergizi gratis tampaknya sudah mulai terang. Program unggulan dari Presiden Terpilih, Prabowo Subianto tersebut sudah dipastikan akan mulai pada Januari 2025 dengan sasaran 15 juta penerima manfaat pada tahap pertama.
Program yang dianggarkan Rp 71 triliun itu kabarnya akan menyasar untuk ibu hamil, ibu menyusui, balita dan peserta didik di seluruh jenjang pendidikan meliputi prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, baik umum, kejuruan, maupun keagamaan. Adapun program ini nantinya akan dijalankan oleh Badan Gizi Nasional.
Kabar terbaru, pemerintah melalui Kementerian Pertanian pun kini sudah siap mendukung program makan bergizi gratis.
Wakil Menteri Pertanian Sudaryono mengatakan bahwa sudah ada komitmen dari sekitar 40 badan usaha yang akan melakukan impor sapi induk. Ini dilakukan karena produksi susu dari sapi lokal tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan program tersebut. Pemerintah pun membuka partisipasi swasta untuk mengimpor sapi hidup.
"Ada sekitar 36 sampai 40 badan hukum, baik koperasi maupun perusahaan yang akan komitmen datangkan total 1,3 juta ekor sapi hidup," ujar Sudaryono di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu (11/9).
Baca Juga: IHSG Berpotensi Menguat, Simak Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Jumat (13/9)
Selain itu, Sudaryono menjelaskan, sumber protein dalam program makan bergizi gratis bisa disubstitusi dari telur, ikan, dan ayam. Jadi substitusi bukan mengarah pada impor susu bubuk atau lainnya.
"Kita lebih ke momen makan bergizi gratis ini pemerintah bisa trigger kemandirian pangan, bukan hanya beras, tapi juga kemandirian telur, ayam yang sudah kita dapatkan, (kemandirian) daging dan susu yang memang kita harus raih," jelas Sudaryono.
Nah, berjalannya program makan bergizi gratis tampaknya bakal membawa dampak positif bagi sejumlah emiten.
Equity Research Analyst Bahana Sekuritas Christine Natasya mengatakan bahwa program makan bergizi gratis akan membawa dampak positif bagi kinerja di sektor poultry atau peternakan seperti PT Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) dan PT Charoen Pokphand Indonesia (CPIN).
Selain itu, sektor konsumer seperti PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company (ULTJ) juga akan tersengat positif dari program tersebut.
"Terutama (berdampak positif) pada emiten JPFA dan CPIN. Implikasinya bisa menaikkan permintaan pada ayam broiler. Selain itu, ULTJ juga ikut terdampak karena (produsen) susu," kata Christine kepada Kontan, Kamis (12/9).
Christine berharap bahwa program tersebut dapat mendorong permintaan, artinya posisi top line emiten JPFA, CPIN dan ULTJ akan tumbuh positif, sementara pembiayaan operasional juga masih terjaga dari minimalisasi cost dan efisiensi di masing-masing perusahaan.
Di sisi lain, Christine belum bisa memaparkan apakah program makan bergizi gratis ini bisa juga membawa dampak positif terhadap emiten beras. "Saya kurang mengetahui apakah nanti ambilnya dari beras yang premium, menengah atau seperti apa," ujarnya.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo mengamini bahwa emiten poultry bisa diuntungkan dari adanya program makan bergizi gratis.
Kendati begitu, perlu dilihat lebih rinci apakah 40 perusahaan tersebut sudah terdaftar di bursa, serta skema yang akan dilakukan akan seperti apa.
"Dampaknya harus dilihat bagaimana skemanya, karena budget makan siang ini yang tidak begitu besar artinya kemungkinan nilai kerja sama antar perusahaan juga tidak begitu besar, sehingga dampaknya tidak begitu signifikan," ucap Azis kepada Kontan, Kamis (12/9).
Di samping itu, dirinya melihat bahwa emiten beras bisa saja ikut terdampak. Namun, perlu diperhatikan juga dilihat dari sisi pemerintah akan memilih partner seperti apa dalam penyediaan beras untuk program makan bergizi tersebut.
Christine merekomendasikan buy saham untuk CPIN dan JPFA dengan target harga masing-masing Rp 5.500 dan Rp 2.000
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News