kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ini rekomendasi saham Pakuwon Jati (PWON) usai catat perbaikan kenerja pada kuartal I


Selasa, 22 Juni 2021 / 07:05 WIB
Ini rekomendasi saham Pakuwon Jati (PWON) usai catat perbaikan kenerja pada kuartal I


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) berhasil catatkan kinerja yang apik pada kuartal I-2021. Dari sisi bottom line, laba bersih PWON mengalami lonjakan hingga 254,5% secara year on year (yoy) menjadi Rp 237 miliar pada kuartal I-2021.

Analis Ciptadana Sekuritas Yasmin Soulisa menuturkan, kenaikan tersebut seiring dengan tingginya non-operating income. Walau demikian, kinerja bottom line tersebut baru memenuhi 17% dari proyeksinya untuk tahun ini.

Sementara dari sisi top line, emiten properti ini berhasil mencatatkan perolehan Rp 1,12 triliun pada kuartal I-2021. Yasmin menyebut, kinerja tersebut relatif inline dengan proyeksinya karena telah memenuhi 28%. 

Baca Juga: Simak rekomendasi saham emiten tambang emas dari analis berikut

“Jika dibandingkan secara kuartalan, pendapatan PWON berhasil naik 20% seiring dengan penjualan properti yang juga naik 40,8% secara kuartalan dan segmen persewaan yang naik 6,8% secara kuartalan. Hanya saja, kerugian dari unrealized forex yang mencapai Rp 109 miliar membuat laba bersih PWON turun 28,1% secara kuartalan,” kata Yasmin kepada Kontan.co.id, Senin (21/6).

PWON sempat merilis surat utang atau senior notes senilai US$ 300 juta dengan kupon 4,875% per tahun April kemarin. Kemudian, PWON kembali merilis emisi senilai US$ 100 juta yang masih menjadi kesatuan senior notes sebelumnya pada Mei. Sehingga, nilai pokok secara keseluruhan sebesar US$ 400 juta.

Penerbitan surat utang tersebut untuk refinancing surat utang yang akan jatuh tempo pada 2024. Sisanya, akan digunakan untuk kebutuhan umum PWON seperti menambah cadangan lahan atau untuk operating asset.

Walaupun baru saja menerbitkan dua surat utang, Yasmin menilai, untuk saat ini, PWON memiliki profil kredit yang baik dan likuiditas yang melimpah. Hal ini didukung oleh seimbangnya pendapatan antara penjualan properti dan bisnis recurring (45% berbanding 55% pada kuartal I-2021). 

Ke depan, ia meyakini profil kredit PWON masih akan tetap kuat pada tahun ini dan tahun depan. Yasmin memproyeksikan, pada tahun ini net debt to equity ratio PWON akan berada di 0,2x pada tahun ini dan 0,1x pada tahun depan. Adapun, pada tahun lalu rasio tersebut berada di level 0,1x.

Baca Juga: Harga melonjak, begini realisasi produksi batubara dari sejumlan emiten di awal tahun

Sementara analis BRI Danareksa Sekuritas Victor Stefano dalam risetnya pada 7 Juni menilai, walaupun dari tingkat kupon dan pinjaman bank lebih rendah, penerbitan obligasi tersebut akan menyebabkan beban bunga PWON yang lebih tinggi pada tahun ini.

Dari marketing sales, emiten asal Surabaya ini mencatatkan kinerja yang baik pada kuartal I-2021 di mana PWON berhasil mencatatkan Rp 427 miliar atau naik 17% secara yoy. Analis MNC Sekuritas Muhammad Rudy dalam risetnya pada 16 Juni menuliskan, perolehan ini didominasi oleh penjualan landed house seiring dengan suku bunga yang rendah dan adanya insentif PPN 10% yang sempat digratiskan.

Namun, di satu sisi, kini pemerintah justru tengah memiliki wacana untuk meningkatkan PPN dari 10% menjadi 12% sebagai langkah untuk menjaga kondisi fiskal. Rudy menilai, jika PPN sampai naik, tentu daya beli masyarakat akan tertekan, khususnya pada pembelian properti. Sehingga hal ini berpotensi jadi katalis negatif untuk penjualan properti ke depan. 

Walau demikian, Rudy menilai ada potensi bagi emiten properti seperti PWON untuk mendapatkan katalis positif. Ia berkaca dari kondisi Australia yang justru mengalami property boom selepas masa pandemi di mana harga properti naik 7,8% secara yoy pada April kemarin, sebuah kenaikan tertinggi dalam 32 tahun terakhir.

Ia menyebut, terdapat beberapa faktor seperti suku bunga rendah, optimisme pemulihan ekonomi, pembeli rumah pertama. Selain itu, ia melihat adanya korelasi antara kenaikan harga batubara dengan pendapatan per kapita Australia yang lebih tinggi sehingga tersedia untuk disalurkan pada aset properti

“Pada 2009, Indonesia mengalami lonjakan harga komoditas dan diiringi dengan pertumbuhan marketing sales hingga lebih dari 50% secara yoy pada 2010. Dengan adanya lonjakan harga komoditas pada tahun ini, Indonesia berpotensi mengalami hal serupa dengan Australia,” kata Rudy.

Baca Juga: Kinerja diproyeksi meningkat, simak rekomendasi saham sektor poultry

Sementara Yasmin berujar, marketing sales PWON pada kuartal I-2021 sudah berhasil memenuhi 30,5% dari target mereka pada tahun ini yang sebesar Rp 1,4 triliun. “Kami melihat target tersebut akan dapat tercapai. Selain itu, dengan perolehan marketing sales yang baik sejauh ini, juga akan jadi katalis positif untuk saham PWON,” imbuh Yasmin.

Dengan perolehan PWON yang sejauh inline dengan proyeksi Ciptadana, Yasmin mempertahankan proyeksinya untuk pendapatan PWON pada tahun ini sebesar Rp 4,02 triliun dengan laba bersih Rp 1,42 triliun. Apalagi, ke depan diharapkan nilai tukar rupiah akan jauh lebih rendah, sehingga akan jadi pendorong positif untuk kinerja bottom line PWON.

Yasmin pun merekomendasikan untuk beli saham PWON dengan target harga Rp 640 per saham. Sementara Rudy merekomendasikan juga beli saham PWON dengan target harga Rp 660 per saham.

Dengan mempertimbangkan porsi utang PWON yang lebih tinggi, Victor memasang rekomendasi hold untuk saham PWON dengan target harga Rp 520 per saham.

Selanjutnya: IHSG melemah 0,18% ke 5.996 pada perdagangan Senin (21/6), net buy asing Rp 2,10 T

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×