Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada tiga emiten sektor barang konsumsi yang berada dalam daftar 10 saham dengan kapitalisasi pasar terbesar pada Rabu (27/5). Ketiga saham tersebut adalah PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) di posisi keempat, PT HM Sampoern Tbk (HMSP) di urutan kelima, dan saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) di posisi paling buncit.
Melansir data pasar Bursa Efek Indonesia, kapitalisasi pasar UNVR mencapai Rp 313 triliun dan kapitalisasi pasar HMSP mencapai Rp 226 triliun. Sementara ICBP memiliki kapitalisasi pasar senilai Rp 97 triliun.
Baik UNVR dan HMSP sama-sama mencatatkan return positif sejak sebulan perdagangan. UNVR tumbuh 15,49% dan HMSP tumbuh 23,17%. Hanya saja, ICBP bernasib berbeda. Saham produsen mi instan ini masih anjlok 16,96% dalam sebulan perdagangan.
Lantas, bagaimana rekomendasi ketiganya saat pandemi Corona (Covid-19) masih belum mereda?
Baca Juga: Dua hari auto rejection bawah, ICBP masih jadi saham dengan kapitalisasi jumbo
Analis Panin Sekuritas William Hartanto menjatuhkan pilihan pada saham HMSP. Salah satu pertimbangannya adalah pembagian dividen yang akan dilakukan oleh emiten rokok ini. “Secara teknikal saham HMSP sedang uptrend dan akan membagikan dividen jadi bisa dimanfaatkan peluang ini,” terang William kepada Kontan.co.id, Rabu (27/5).
Kontan.co.id mencatat, konstituen Indeks Kompas100 ini akan membagikan dividen Rp 119,8 per saham dengan total dividen tunai yang akan dibagikan HMSP sebesar Rp 13,93 triliun. Payout ratio atau porsi dividen dari total laba HMSP sekitar 101,5% dari laba bersih (laba yang diatribusikan ke pemilik entitas induk) yang dibukukan HMSP tahun lalu.
William juga merekomendasikan investor untuk buy saham UNVR dengan target harga terdekat di kisaran Rp 8.500–Rp 8.800 per saham.
Untuk saham ICBP, William masih merekomendasikan wait and see terhadap saham entitas PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) tersebut. Sebab, saham ICBP masih berpotensi untuk turun lebih dalam lagi.
Baca Juga: HMSP dan ASII catatkan pertumbuhan market cap paling tinggi sepanjang Mei
Kemarin, harga saham ICBP merosot 6,98% ke level Rp 8.325 per saham. Saham induk ICBP, yakni INDF merosot 6,67% ke level Rp 5.600 per saham. Kedua saham ini kompak mengalami auto rejection bawah (ARB) dengan turun di titik maksimal 7%.
William menilai, tumbangnya saham emiten barang konsumsi ini lantaran respons negatif pelaku pasar atas rencana akusisi Pinehill Company yang diumumkan pada 22 Mei 2020 kemarin. “Penurunan ini merupakan respon negatif karena dana akuisisinya berasal dari utang,” ujar William
Sebagai gambaran, nilai akuisisi Pinehill mecapai US$ 2,99 miliar atau setara Rp 44 triliun. ICBP berencana untuk menyelesaikan pembayaran dengan menggunakan kombinasi kas internal sebesar US$ 300 juta dan sisanya dengan pinjaman bank.
Menurut William, penurunan ini hanyalah temporary shock semata dan tidak mengubah prospek apapun terhadap saham ICBP. Dus, wait and see adalah saran terbaik William terhadap saham INDF dan ICBP saat ini.
Baca Juga: Berbalik arah, IHSG ditutup naik 0,32% ke level 4.641,55 perdagangan Rabu (27/5)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News