kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45905,68   -21,05   -2.27%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini produk investasi yang menarik pasca kenaikan bunga acuan BI


Jumat, 29 Juni 2018 / 21:59 WIB
Ini produk investasi yang menarik pasca kenaikan bunga acuan BI
ILUSTRASI. Reksadana


Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia akhirnya kembali menaikkan suku bunga acuannya menjadi 5,25% untuk meredam pelemahan nilai tukar rupiah. Kebijakan tersebut dinilai memberi angin segar bagi investor yang ingin berinvestasi pada suatu produk tertentu.

M. Renny Raharja, Executive Vice President PT Schroders Investment Management Indonesia mengatakan, kenaikan suku bunga acuan membuat instrumen deposito dan reksadana pasar uang cukup menarik untuk dimiliki oleh investor yang fokus pada investasi jangka pendek.

Sebab, kenaikan suku bunga acuan dapat diikuti oleh kenaikan suku bunga deposito perbankan. Di samping itu, kinerja reksadana pasar uang yang mengandalkan deposito sebagai aset portofolionya berpeluang meningkat.

Tak hanya itu, kenaikan suku bunga acuan yang terjadi di tengah ketidakpastian pasar membuat investasi pada Surat Utang Negara (SUN) bertenor pendek menjadi opsi yang menarik bagi investor.

Pasalnya, investor berpeluang memperoleh yield yang tinggi seiring dengan tren kenaikan yield SUN yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir.

Sebagai contoh, yield SUN seri FR0036 yang jatuh tempo pada 2019 mendatang pada Jumat (29/6) tercatat sebesar 7,22%. Di saat yang sama, yield SUN seri FR0064 yang jatuh tempo pada 2028 berada di level 7,74%.

“Selisih imbal hasil SUN tenor 1 tahun dan 10 tahun tergolong kecil. Ditambah lagi, koreksi harga SUN tenor 1 tahun tidak sedalam tenor yang lebih panjang,” ungkapnya, Jumat (29/6).

Sementara itu, Perencana Keuangan Finansia Consulting, Eko Endarto juga menyarankan berinvestasi pada deposito bagi investor yang memiliki kebutuhan dalam jangka pendek. Instrumen tersebut dinilai sebagai alternatif yang tepat di tengah gejolak pasar saham dan obligasi yang masih berlangsung.

“Deposito lebih menarik ketimbang emas sebagai produk alternatif, apalagi harga emas sedang terkoreksi akibat kenaikan Fed Fund Rate,” kata dia, hari ini.

Terlepas dari itu, Eko menilai bagi investor yang berorientasi pada investasi jangka panjang ada baiknya tidak berspekulasi dengan meninggalkan pasar saham.

Sebab, investor dapat melakukan pembelian unit saham yang banyak dengan harga yang murah akibat dampak koreksi di pasar saham. Jika pasar sudah pulih, investor berpeluang mendapat akumulasi keuntungan atas saham yang telah dibelinya.

Senada, Renny menyatakan instrumen berbasis saham masih menarik bagi investor yang bertipikal agresif. “Saham masih prospektif walau belakangan ini investor asing kerap melakukan net sell sehingga berdampak negatif pada pasar,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×