kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini prediksi pergerakan rupiah untuk Jumat (16/7)


Jumat, 16 Juli 2021 / 06:31 WIB
Ini prediksi pergerakan rupiah untuk Jumat (16/7)
ILUSTRASI. Rupiah melemah tipis 0,02% ke level Rp 14.483 per dolar AS pada Kamis (15/7).


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah melemah tipis 0,02% ke level Rp 14.483 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (15/7) dari Rp 14.480 per dolar AS di hari Rabu (14/7). Sedangkan kurs rupiah Jisdor melemah 0,07% di perdagangan ke level Rp 14.503 per dolar AS pada perdagangan kemarin.

Presiden Komisoner HFX Internasional Berjangka Sutopo Widodo memperkirakan rupiah akan bergerak di rentang harga Rp 14.448 per dolar AS–Rp 14.525 per dolar AS. Kepala ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan kurs rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.475 per dolar AS–Rp 14.575 per dolar AS.

Josua menilai bahwa kecenderungan rupiah melemah hari ini karena adanya sentimen dari Covid-19 di pasar domestik. “Kasus harian Covid di Indonesia per 15 Juli tercatat 56.757 yang menunjukkan tren kasus Covid yang masih meningkat sehingga terdapat kemungkinan untuk perpanjangan PPKM darurat,” kata Josua.

Dia menambahkan bahwa pergerakan rupiah turut didukung oleh data AS yang dirilis seperti klaim pengangguran dan produksi industri yang diperkirakan cenderung menurun dibandingkan periode sebelumnya. 

Baca Juga: Penyebaran Corona Makin Gawat, S&P Pangkas Perkiraan Pertumbuhan

Sutopo mengatakan, pergerakan rupiah berada dalam rentang sempit. Ketatnya pergerakan rupiah masih karena oleh kondisi kesehatan yang menjadi perhatian nasional.

Pergerakan melemah ini masih karena oleh sentimen kasus Covid-19 di dalam negeri yang kasus barunya melampaui India. Selain itu, pelemahan juga didukung oleh turunnya surplus neraca perdagangan pada bulan Juni sebesar US$ 1,32 miliar.

Sementara itu, sentimen eksternal dari AS terutama mengenai pernyataan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell yang mengungkapkan bahwa situasi ekonomi tidak akan memungkinkan The Fed untuk mengurangi program quantitative easing (QE) dalam waktu dekat. “Karena jumlah pekerjaan belum tersedia cukup untuk mencapai level sebelumnya,” kata dia.

Powell mengatakan inflasi yang disebabkan oleh pemulihan ekonomi dari pandemi dan bersifat sementara. Tetapi inflasi akan tetap tinggi dalam beberapa bulan mendatang.

Baca Juga: Wall Street melemah meski klaim pengangguran berada di level terendah dalam 16 bulan

Selanjutnya: Kekhawatiran pengusaha dan buruh bila PPKM Darurat diperpanjang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×