Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jumlah dana investor asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN) terus membengkak. Kondisi ini bisa menghasilkan keuntungan sekaligus tapi juga kerugian bagi pasar obligasi Indonesia sewaktu-waktu nanti.
Sekar informasi, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu) menunjukkan, investor asing telah melakukan aksi beli sebesar Rp 12,25 triliun dalam 6 hari pertama di bulan Juli. Alhasil, hingga Senin (8/7) lalu, nilai kepemilikan asing di pasar SBN telah mencapai Rp 1.001 triliun. Ini merupakan rekor tertinggi nilai investasi asing di pasar obligasi pemerintah.
Research Analyst Capital Asset Management Desmon Silitonga menyebut, masifnya aliran modal asing jelas memberi dorongan bagi yield Surat Utang Negara (SUN) untuk bergerak turun. Kurs rupiah pun juga diuntungkan manakala asing terus masuk ke pasar obligasi Indonesia.
Namun, perlu diingat, porsi kepemilikan asing di pasar SBN telah mencapai 39,29% dari total outstanding dana yang diperdagangkan. “Porsi investor asing di pasar obligasi Indonesia paling tinggi di kawasan Asia Tenggara,” ujar Desmon, Rabu (10/7).
Fakta ini justru juga membuat pasar obligasi domestik rentan. Pasalnya, investor asing sangat sensitif terhadap risiko volatilitas mata uang. Sehingga apabila rupiah kembali mengalami tren pelemahan, aksi jual oleh investor asing sangat mungkin terjadi.
Pemerintah sendiri sebenarnya berada dalam posisi dilema. Pasalnya, salah satu sumber pembiayaan terbesar bagi pemerintah adalah SBN yang diperoleh dari mekanisme pasar.
Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana bilang, risiko atas dominasi asing di pasar SBN cukup tinggi. Namun, pemerintah sejatinya tak perlu memaksa untuk memperbanyak suplai SBN yang bisa dimaksimalkan oleh investor-investor domestik, terutama dari kalangan institusi seperti perbankan yang juga punya nilai kepemilikan besar di pasar.
“Toh, kalau pemerintah menawarkan SBN melalui lelang misalnya, siapapun bisa mengambil terlepas investor tersebut domestik atau asing,” terang dia, hari ini.
Terlepas dari itu, Fikri melihat potensi nilai kepemilikan asing di pasar SBN untuk terus berada di kisaran Rp 1.000 triliun dalam waktu dekat masih cukup terbuka. Apalagi, negara-negara emerging market masih merasakan euforia atas meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga acuan AS di tahun ini.
Khusus Indonesia, kenaikan peringkat utang dari S&P Global Ratings juga masih menjadi stimulus. Sebab, gelombang masuk investor asing terus terjadi semenjak peringkat Indonesia meningkat. “Spread antara yield SUN dan US Treasury juga masih lebar ditambah rupiah yang masih stabil,” sambung Fikri.
Sebagai informasi, yield SUN 10 tahun yang tercatat di IBPA hari ini berada di level 7,31% sedangkan US Treasury untuk tenor serupa memiliki yield di level 2,10%. Ini berarti spread yield di antara keduanya mencapai 521 bps.
Angka tersebut sangat menarik bagi investor asing. Apalagi, Indonesia menjadi salah satu negara emerging market yang masih mampu memberikan yield tinggi kendati telah mengalami kenaikan peringkat utang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News