Sumber: Bloomberg | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. S&P Global Ratings memperingatkan bahwa pelemahan rupiah yang berada di atas Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS) akan melukai sejumlah perusahaan di dalam negeri.
Asal tahu saja, Selasa 923/3) pukul 12.00 WIB, rupiah masih betah berada di level Rp 16.550 per dolar AS, turun 3,69% dibanding penutupan Jumat (20/3) di Rp 15.960 per dolar AS.
Sepanjang tahun ini nilai tukar rupiah juga sudah jeblok 19,35%. Mengingat di 31 Desember 2019, rupiah ada di level Rp 13.866 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah masih betah di level Rp 16.550 per dolar AS pada siang hari ini
Dalam keterangan yang dikutip Bloomberg, S&P Global Ratings menyebut, jika rupiah stabil berada di atas Rp 15.000 per dolar AS dalam dua hingga tiga kuartal, sejumlah perusahaan akan kesulitan setelah di tahun lalu gencar meningkatkan utang hingga miliaran dolar AS.
Karena ketidakcocokan struktural antara mata uang arus kas dan mata uang utang maka sejumlah sektor akan mendapatkan dampak yang lebih besar. Direktur S&P Global Ratings Xavier Jean bilang, perusahaan properti dan manufaktur akan menjadi yang paling berdampak.
Walau gejolak mata uang juga terjadi di Thailand, Malaysia dan Singapura, Jean masih menyakini perusahaan di ketiga negara tersebut dapat bertahan.
Baca Juga: Rupiah resmi jadi mata uang terlemah di Asia, sepanjang 2020 anjlok 19,35%
Mengingat kenaikan utang dalam bentuk dolar AS di ketiga negara tersebut banyak di sektor komoditas atau energi, di mana arus kas juga menggunakan the greenback.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News