kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini penyebab susutnya dana kelolaan reksadana terproteksi


Rabu, 15 Desember 2021 / 10:53 WIB
Ini penyebab susutnya dana kelolaan reksadana terproteksi
ILUSTRASI. Ini penyebab susutnya dana kelolaan reksadana terproteksi


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli

Maklum, untuk membeli satu unit obligasi diperlukan modal Rp 1 miliar, di mana tidak semua investor retail punya modal tersebut. 

“Jadi ketika investor retail bergabung, mereka jadi bisa beli reksadana terproteksi. Apalagi, jika produknya berisikan SBN, risikonya sangat rendah tapi menawarkan imbal hasil di atas deposito sehingga menarik bagi investor,” imbuhnya.

Di satu sisi, ia juga menilai masih terdapat investor institusi yang karena satu dan lain hal tidak diperbolehkan untuk memiliki obligasi secara langsung sebagai instrumen investasi. Alhasil, kelompok investor institusi ini masih memerlukan keberadaan reksadana terproteksi. 

Baca Juga: Meneropong prospek reksadana pasar uang di tahun 2022

Terkait prospeknya pada tahun depan, Wawan meyakini nasib reksadana terproteksi tergantung pada penerbitan obligasi korporasi baru. Jika penerbitan ramai, dengan kupon yang relatif tinggi, serta risiko gagal bayar yang memudar seiring perbaikan ekonomi, reksadana terproteksi masih bisa jadi salah satu pilihan menarik.

Terlebih lagi, bagi investor ritel, kini sudah tidak sulit untuk mendapatkan akses reksadana terproteksi seiring semakin banyak Agen Penjualan Efek Reksa Dana yang sudah menawarkan produknya secara online.

“Selama pasar prospektif dan pemulihan ekonomi berjalan sesuai harapan, seharusnya reksadana terproteksi bisa menawarkan imbal hasil 7%-8% nett. Ini sangat menarik bagi investor,” kata Wawan.

Terkait dana kelolaan reksadana terproteksi pada tahun depan, Wawan cukup menyangsikan bisa tumbuh pesat selama tidak ada kebijakan pajak reksadana kembali diturunkan kembali menjadi 5%.

Sekalipun terdapat banyak produk baru, menurutnya produk yang jatuh tempo juga tak kalah banyak. Sehingga perkiraannya, setidaknya dana kelolaan produk ini bisa kembali ke atas Rp 100 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×