Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Beberapa saham debutan yang ditransaksikan di Bursa Efek Indonesia (BEI) kerap langsung menyentuh autoreject. Seperti hari ini yang terjadi pada saham PT Bank Dinar Tbk (DNAR). Saham perdana emiten bank ini langsung melesat 70% dari Rp 110 per saham menjadi Rp 187 per saham.
Apa yang menjadi penyebabnya? Uriep Budhi Prasetyo, Direktur Pengawasan dan Kepatuhan Anggota Bursa Efek Indonesia mengatakan, ada beberapa hal yang menyebabkan saham perdana (IPO) terkena autoreject di hari pertama transaksi.
"Musti dilihat frekuensi dan volumenya, kalau terlalu sedikit (di pasar), kenaikan harga saham akan sangat mudah terjadi," ujarnya, Jumat (11/7).
Hal ini mengindikasikan adanya pendistribusian saham IPO yang tidak merata. Sehingga, tingkat ketersediaan saham dan jumlah permintaan saham tidak seimbang.
Pada perdagangan perdana, saham DNAR ditransaksikan sebanyak 69 kali dengan volume 21.787 lot saham. Adapun, nilai transaksi senilai Rp 373,91juta. DNAR melepas 500 juta saham atau 22,22% saham ke publik.
Andri Rukminto, Presiden Direktur PT Andalan Artha Advisindo (AAA) Sekuritas mengatakan, telah terjadi kelebihan permintaan atas saham IPO DNAR sebesar 10 kali. Adapun, kelebihan permintaan itu terjadi pada investor yang memesan pada penjatahan teprusat (pooling acount).
"Pooling account porsinya 3% dari total saham yang diatawarkan," tuturnya.
Sebagai tambahan informasi, selain DNAR, ada dua saham lain yang juga terkena autoreject di perdagangan perdana. Kedua saham itu adalah PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI) dan PT Link Net Tbk (LINK).
Dalam aturan perdagangan BEI, ketentuan autorejection adalah ketika harga saham di kisaran harga Rp 50 hingga di bawah Rp 200 per saham naik 35%. Lalu, saham di kisaran harga Rp 200-Rp 5.000 meningkat 25%, dan saham di atas Rp 5.000 per saham meningkat 20%.
Sedangkan, untuk saham-saham IPO ketentuan yang berlaku adalah dua kali dari ketentuan autoreject saham reguler.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News